Catatan Denny JA: Mengapa Diperlukan Teori Baru Sosiologi Tentang Agama dan Spiritualitas di Era Artificial Intelligence?
- Penulis : Krista Riyanto
- Minggu, 16 Februari 2025 17:35 WIB

AI memainkan peran besar dalam pergeseran ini. Dengan akses luas ke filsafat, teologi, dan praktik spiritual lintas budaya, seseorang kini dapat merancang spiritualitasnya sendiri.
Di dunia yang semakin terhubung, praktik seperti meditasi, mindfulness, dan filsafat eksistensial menggantikan ritual keagamaan tradisional. AI membantu individu menemukan nilai-nilai universal yang melampaui batas agama tertentu.
Apakah ini tanda bahwa agama konvensional akan semakin melemah? Ataukah justru agama akan beradaptasi dan menemukan bentuk barunya?
Di era ini, manusia berdiri di persimpangan yang belum pernah ada sebelumnya. Agama, yang selama ribuan tahun membentuk identitas dan makna hidup.
Kini manusia menghadapi tantangan dari entitas non-manusia yang mampu memahami, menyusun, dan bahkan menciptakan doktrin baru.
Pertanyaannya bukan lagi apakah AI akan menggantikan agama, tetapi bagaimana manusia akan menavigasi spiritualitas di dunia yang semakin dipengaruhi oleh kecerdasan buatan.
Apakah kita akan menggunakan AI sebagai alat eksplorasi yang lebih dalam? Ataukah kita justru akan kehilangan inti dari pencarian spiritual itu sendiri?
-000-
Mengapa Kita Memerlukan Teori Sosiologi Agama yang Baru?
Agama selalu beradaptasi dengan perubahan zaman. Tetapi perubahan yang dibawa AI tidak sekadar evolusi, melainkan revolusi.