DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Esai Denny JA: Ketika Revolusi Memakan Anak-anaknya Sendiri

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Puisi esai seri Yang Menggigil di Arus Sejarah (7)

ORBITINDONESIA.COM - Tahun 1793, Revolusi meledak di Prancis mengumandangkan kebebasan, persamaan, dan persaudaraan. Yang terjadi kemudian, justru teror demi teror yang jauh lebih kejam. (1)

-000-

Aku mengenalnya ketika ia masih muda,
seorang pemuda yang tangannya gemetar,
saat pertama kali membaca Deklarasi Hak Asasi Manusia.
Matanya menyala, penuh api kebebasan.

“Kita akan membangun dunia baru,” katanya.
“Tak ada lagi raja, tak ada lagi rantai.”

Namanya Jean-Baptiste Vauquelin,
anak seorang tukang sepatu dari Nantes.
Ia bermimpi membakar istana dan membangun negeri dari abu.

Kami berbaris di jalan-jalan Paris,
dengan suara yang mengguncang langit:
“Vive la République!”

Kami adalah bayang-bayang yang bangkit,
melawan raja, melawan takdir.

Lalu Bastille jatuh.
Lalu takhta roboh.
Lalu kepala Louis XVI bergulir di tanah.

Kami bersorak.
Kami menang.
Atau begitu kami pikir.

Halaman:

Berita Terkait