Tak Sekadar Viral, Ferry Irwandi Buktikan Pengaruhnya dengan Donasi Rp10 Miliar
Banjir bandang dan longsor yang melanda Sumatera pada Desember 2025 tidak hanya menyisakan puing-puing dan kehilangan. Bencana itu juga meninggalkan satu pertanyaan sederhana namun penting: siapa yang bergerak paling duluan ketika ribuan warga harus berlari menyelamatkan diri?
Di tengah kabar duka yang terus mengalir, satu nama tiba-tiba muncul dalam percakapan publik. Bukan karena pencitraan, bukan pula karena kampanye pribadi, melainkan karena tindakan nyata. Ferry Irwandi, influencer sekaligus pendiri Malaka Project, menjadikan kecepatan aksi sebagai bentuk bahasa kemanusiaan.
Ketika Bencana Memanggil, Ferry Menjawab
Saat banyak orang masih membagikan foto-foto bencana, Ferry memilih jalan berbeda. Tanpa menunggu arahan siapa pun, ia langsung memulai kampanye donasi melalui platform Kitabisa bertajuk “Solidaritas Bantu Korban di Sumatera.” Target awalnya sederhana: Rp1 miliar.
Namun publik membaca ketulusan.
Publik merasakan urgensi.
Dan publik merespons luar biasa.
Dalam 3 jam, target itu terlampaui.
Dalam 24 jam, donasi menembus Rp10,3 miliar, didukung lebih dari 87.000 donatur, sebuah bentuk kepercayaan yang tidak bisa dibeli dengan popularitas semata.
“Kita tidak bisa menunggu. Mereka butuh kita sekarang,” tulis Ferry dalam salah satu unggahannya.
Kalimat sederhana itu menjelma menjadi seruan moral yang bergema di media sosial, menggerakkan ribuan orang untuk ikut membantu.
Tidak Hanya Menggalang, tetapi Juga Menghadir
Ferry bukan seseorang yang berhenti setelah menekan tombol post. Ia memastikan bahwa solidaritas tidak berhenti menjadi percakapan digital.
Beberapa hari setelah donasi terkumpul, ia sudah berada di lokasi bencana. Menyusuri jalanan licin yang dipenuhi lumpur, mendatangi warga yang kehilangan rumah, dan membantu menyalurkan bantuan. Bersama aparat dan relawan, Ferry mengangkut serta membagikan 5,2 ton logistik ke wilayah terdampak, termasuk Desa Aek Garoga, Kecamatan Batang Toru, Tapanuli Selatan.
Di lapangan, ia menyapa para penyintas satu per satu. Banyak dari mereka baru mengetahui bahwa bantuan yang mereka terima adalah hasil dari gerakan digital yang dimulai oleh seseorang yang belum pernah mereka temui sebelumnya.
Ketika Transparansi Menjadi Pondasi Kepercayaan
Bukan hanya jumlah donasi yang membuat publik percaya. Kecepatannya mengirim laporan, keterbukaan datanya, dan cara ia memastikan bantuan tepat sasaran membuat kampanye ini menjadi salah satu gerakan donasi tercepat dan terbesar untuk bencana alam dalam beberapa tahun terakhir.
Seorang relawan menyebut:
“Ferry selalu memastikan setiap bantuan sampai ke tangan yang tepat. Dia turun langsung, bukan mengawasi dari jauh.”
Kejujuran dan kecepatan menjadi kombinasi yang membuat gerakan ini menular.
Jejak Empati yang Menular
Aksi Ferry Irwandi membuktikan bahwa kepahlawanan tidak selalu datang dari pejabat, tokoh publik, atau institusi besar. Di era digital, siapa pun bisa menjadi jembatan kebaikan—asal memiliki keberanian untuk mulai dan ketulusan untuk konsisten.
Sosok Ferry mengingatkan kita bahwa empati bisa viral, kebaikan bisa menular, dan satu orang bisa memicu gelombang perubahan yang besar. Ia bukan sekadar penggalang dana. Ia adalah bukti bahwa kepedulian, ketika dikomunikasikan dengan jujur, mampu menggerakkan jutaan hati. Dan bagi ribuan warga Sumatera yang menerima bantuan itu, nama Ferry Irwandi bukan hanya menjadi trending— melainkan alasan untuk percaya bahwa di tengah tragedi, selalu ada manusia yang memilih aksi nyata ketimbang dokumentasi.