Pemikiran Denny JA Tentang Agama dan Spiritualitas di Era Artificial Intelligence Mulai Diajarkan di Kampus
- Penulis : Krista Riyanto
- Jumat, 14 Februari 2025 21:04 WIB

Oleh Ahmad Gaus AF*
ORBITINDONESIA.COM - “Di era artificial intelligence (AI), dalam hitungan detik dan 24 jam sehari, setiap individu dengan mudah mendapat informasi tentang agama, mulai dari sisi historisitasnya, filosofi, dan perbandingan tafsir. Semakin berkembang AI, semakin peran ulama, pendeta, dan biksu menurun.” – Denny JA
Kutipan ini menyoroti bagaimana AI berpotensi menggeser otoritas keagamaan tradisional.
Dulu, ulama, pendeta, dan biksu menjadi penjaga tafsir dan sumber utama pengetahuan agama. Kini, informasi keagamaan tersedia secara instan, dari berbagai perspektif, tanpa batas waktu dan tempat.
AI memungkinkan siapa pun mengakses sejarah agama, tafsir alternatif, hingga kritik terhadap doktrin tanpa perlu lagi perantara otoritas keagamaan.
Hal ini mendemokratisasi pengetahuan, tetapi juga menantang peran pemuka agama. Pemandu agama dan spiritual harus menyesuaikan diri—lebih reflektif daripada dogmatis.
Inilah salah satu dari tujuh prinsip teori Denny JA tentang agama dan spiritualitas di era AI.
Mulai semester genap 2025, teori dan pemikiran agama Denny JA akan diajarkan di berbagai kampus, baik sebagai mata kuliah utuh maupun bagian dari mata kuliah yang sudah ada, di perguruan tinggi negeri dan swasta.
Agama: Dari Dogma ke Evolusi Spiritual
Di sepanjang sejarah, agama bukan sekadar kumpulan dogma atau ritual, tetapi cerminan dari evolusi peradaban manusia. Ia tumbuh, beradaptasi, dan menemukan bentuknya yang baru di setiap zaman.