DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Mengapa Diperlukan Teori Baru Sosiologi Tentang Agama dan Spiritualitas di Era Artificial Intelligence?

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Dalam buku ini dijelaskan, berdasarkan riset positive psychology, saya memformulasikan bahagia itu fungsi dari 3P + 2S (Personal Relationship, Positivity, Small Winning dan Spirituality). Detil soal ini ada di buku.

Keempat: Era AI mengubah peran otoritas agama.

Dengan AI yang mampu menyediakan tafsir agama secara cepat dan objektif, individu kini lebih mandiri dalam beragama. Mereka tidak lagi bergantung sepenuhnya pada pemuka agama seperti ulama, pendeta, atau biksu.

Aplikasi AI itu bisa diakses 24 jam sehari, dan 7 hari seminggu. Ia memberi jawaban dalam hitungan detik pula.

Kelima: Agama semakin menjadi warisan kultural milik bersama.

Tradisi dan hari raya keagamaan kini lebih bersifat inklusif dan dirayakan oleh masyarakat luas. Ia melampaui batas identitas agama tertentu dan menjadi bagian dari warisan budaya dunia.

Meditasi bisa dinikmati siapa saja di luar penganut Budha dan Hindu. Natal  juga makin banyak dirayakan secara sosial oleh warga non- kristiani.

Keenam: Tafsir agama yang bertahan adalah yang sejalan dengan Hak Asasi Manusia (HAM).

Tafsir agama yang menolak kesetaraan gender, kebebasan beragama, atau hak asasi individu semakin ditinggalkan. Sementara tafsir yang lebih inklusif dan humanis menjadi lebih relevan dan diterima secara luas.

Ketujuh: Komunitas adalah kunci kuat-lemahnya penyebaran gagasan spiritual baru.

Halaman:

Berita Terkait