DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Mengapa Semakin Penting Agama Bagi Populasi di Suatu Negara, Semakin Tinggi Korupsi di Negara Itu?

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Korupsi berkembang dalam atmosfer ketika kepatuhan terhadap dogma lebih dihargai daripada kepatuhan terhadap hukum. 

Ketika agama dijadikan alat legitimasi kekuasaan, kritik terhadap pejabat yang korup dapat dianggap sebagai serangan terhadap keyakinan itu sendiri.

2. Compounding Variables: Level GDP dan Kelembagaan yang Rapuh

Baca Juga: Catatan Denny JA: Mengapa Diperlukan Teori Baru Sosiologi Tentang Agama dan Spiritualitas di Era Artificial Intelligence?

Korelasi antara religiositas dan korupsi tidak berdiri sendiri. Ada variabel pengganggu (compounding variables) yang memperkuat hubungan ini. Salah satunya adalah tingkat pendapatan per kapita (GDP per capita).

Negara-negara dengan religiositas tinggi cenderung memiliki GDP per kapita yang lebih rendah. Ketika ekonomi lemah, peluang kerja sedikit, dan kesejahteraan tidak merata, korupsi menjadi mekanisme bertahan hidup. Jaringan patronase dan hubungan sosial menjadi lebih penting daripada meritokrasi.

Sebaliknya, negara dengan GDP tinggi memiliki sistem hukum yang lebih independen, mekanisme check and balances yang kuat, serta birokrasi yang lebih rasional. Mereka tidak bergantung pada kesalehan individu untuk memastikan integritas publik. Mereka  membangun sistem yang membuat kejahatan tidak bisa bersembunyi.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Perempuan Menjadi Nahkoda Kapalnya Sendiri, 89 Tahun NH Dini

Selain GDP, kelembagaan yang rapuh juga berperan. Di banyak negara dengan religiositas tinggi, institusi hukum sering kali lemah dan dapat dipengaruhi oleh kekuatan politik atau kelompok agama dominan. Akibatnya, korupsi tidak hanya tumbuh, tetapi dilindungi oleh sistem yang seharusnya mencegahnya.

3. Keimanan Pribadi vs. Sistem yang Transparan

Di negara-negara Nordik, yang tingkat religiositasnya rendah tetapi pemerintahan mereka bersih, moralitas publik tidak bergantung pada keyakinan pribadi, tetapi ditegakkan oleh sistem yang tidak dapat dinegosiasikan.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Menyambut Peluncuran Buku Puisi Esai Negara Dalam Gerimis Puisi Karya Isti Nugroho

Seorang pejabat publik di Swedia tidak perlu takut pada hukuman Tuhan untuk tidak mencuri. Ia tahu bahwa sistem akan mendeteksi, media akan mengungkap, dan pengadilan akan menghukum tanpa kompromi. 

Halaman:

Berita Terkait