DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Agama Leluhur yang Tersingkir di Negerinya Sendiri

image
Ilustrasi (Istimewa)

Pengantar Buku Puisi Esai Ahmad Gaus

ORBITINDONESIA.COM - “Lebih hebat dari gempa bumi yang menghancurkan kota Lisbon adalah tindakan ‘meluruskan iman,’ termasuk membakar hidup-hidup mereka yang berbeda agama.”

Ini kutipan terjemahan bebas dari novel Candide karya Voltaire. Novel ini menyoroti ironi dan absurditas praktik auto-da-fé (meluruskan iman) yang dilakukan oleh Inkuisisi Spanyol, abad ke-15 hingga ke-18.

Itu adalah bab kelam sejarah. Keyakinan menjadi alasan penderitaan. Di bawah perintah Tahta Katolik, ribuan orang Yahudi, Muslim, dan mereka yang dianggap heretik dipaksa memilih: memeluk iman resmi, melarikan diri, atau menghadapi penyiksaan.

Metode penyiksaan dirancang dengan kejam. Strappado, misalnya, mengikat korban dengan tali, menggantungnya di udara, lalu menjatuhkannya tiba-tiba untuk merobek persendian.

Ada pula metode roda penyiksaan. Tubuh korban diikat erat pada roda berbilah, memutar mereka hingga tulang-tulang remuk.

Juga ada pola seperti rack, meregangkan tubuh hingga badan terkoyak.

Sementara pola heretic’s fork menahan kepala korban agar tetap tegak, tetapi mencegahnya untuk tidur atau bergerak. Lalu air yang diteteskan perlahan di kepala korban selama berjam-jam, yang tampak sederhana, menjadi siksaan mental yang mengerikan.

Namun, paling menyeramkan adalah api. Itu tumpukan kayu, nyala perlahan, dan tubuh korban dibakar perlahan-lahan di depan khalayak ramai. Tak jarang ritus ini dijalankan dengan iringan nyanyian memuja Ilahi.

Kengerian ini tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga merobek jiwa dan warisan budaya. Inkuisisi Spanyol adalah pengingat suram bagaimana fanatisme bisa melahirkan kreativitas membuat orang menderita tak terperi.

Halaman:

Berita Terkait