DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Mengapa Semakin Penting Agama Bagi Populasi di Suatu Negara, Semakin Tinggi Korupsi di Negara Itu?

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Kekosongan Teori Sosiologi Agama di Era Artificial Intelligence (2)

ORBITINDONESIA.COM - “Mimbar-mimbar di rumah ibadah menggema seribu doa.
Tapi di ruang publik tetap menampung dusta.
Kita menunduk khusyuk memegang kitab suci.
Lalu tegak menindas di luar sajadah.”

Kutipan ini yang teringat ketika saya membaca data dan analisa dari 111 negara di lima benua. Juga ketika saya membaca kisah di bawah ini

Baca Juga: Catatan Denny JA: Mengapa Diperlukan Teori Baru Sosiologi Tentang Agama dan Spiritualitas di Era Artificial Intelligence?

Bangaru Laxman, Presiden partai politik BJP saat itu, dikenal sebagai penganut Hindu yang taat. Ia tak pernah melewatkan puja pagi, tangannya selalu terangkat dalam doa kepada para dewa.

Namun, pada tahun 2012, tangan yang sama itu menerima tumpukan uang dalam operasi penyamaran jurnalis. (1)

Suap itu imbalan atas kontrak pertahanan. Ini sebuah ironi bagi pria yang di atas panggung sering menyerukan dharma, kejujuran, dan kebenaran.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Perempuan Menjadi Nahkoda Kapalnya Sendiri, 89 Tahun NH Dini

Kamera merekam semuanya: senyum kecilnya, kepastian di matanya, dan gerakan tangannya menyembunyikan uang kotor itu.

Tak hanya di India yang mayoritasnya Hindu, tapi juga di Brasil yang mayoritasnya Katolik.

Di altar, ia berdoa dengan khusyuk, mengenakan jubah suci, memegang rosario yang melingkari jemarinya.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Menyambut Peluncuran Buku Puisi Esai Negara Dalam Gerimis Puisi Karya Isti Nugroho

Kata-katanya tentang kasih dan kejujuran menggema di katedral, menyentuh hati jemaat yang percaya. Namun, di balik dinding gereja, uang derma umat mengalir ke rekening pribadi.

Halaman:

Berita Terkait