Bukan Pertalite yang Dioplos Tapi Subsidinya
- Penulis : Mila Karmila
- Senin, 03 Maret 2025 01:45 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Pertalite adalah merek bahan bakar yang diproduksi oleh Pertamina, yang menawarkan gasoline dengan RON 90 bersubsidi. Merek ini berbeda dari Pertamax, yang merupakan gasoline dengan RON 92 non-subsidi.
Menariknya, dalam perdagangan minyak internasional, tidak ada produk gasoline dengan RON 90 yang tersedia karena tidak ada kilang di seluruh dunia yang memproduksinya. Satu-satunya produksi RON 90 berasal dari Pertamina, untuk memenuhi kebutuhan Indonesia akan BBM bersubsidi.
Keberadaan Pertalite sangat penting untuk mendukung aksesibilitas energi bagi masyarakat menengah kebawah, mengingat peran vitalnya dalam memenuhi kebutuhan transportasi dan mendorong perekonomian nasional.
Baca Juga: Pemerintah Luncurkan Pertamax Green 95 dari Tetes Tebu
Oleh karena itu, produksi nasional RON 90 tidak mencukupi, maka Patra Niaga secara rutin membuka tender untuk RON 90 di pasar internasional. Meskipun tidak ada kilang diluar Indonesia yang memproduksi RON 90, banyak trader minyak internasional yang tetap berpartisipasi dalam tender tersebut.
Hal ini disebabkan oleh selisih harga sangat kecil antara RON 92 dan RON 90 yang ditentukan berdasarkan rumus Harga Indeks Pasar (HIP) dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Menurut rumus tersebut, HIP Pertalite adalah 99,21 persen dari HIP Pertamax, atau rata-rata selisih harga Pertamax terhadap Pertalite adalah Rp 80,-. Namun, semua trader yang memenangkan tender akan mengirimkan RON 92 kepada Patra Niaga dengan harga yang setara dengan RON 90.
Ketika kargo gasoline tiba di terminal minyak di Indonesia, langkah pertama yang dilakukan adalah pengambilan sampel minyak untuk diuji di laboratorium terminal minyak. Uji ini terutama bertujuan untuk memeriksa angka oktan (RON) dari kargo tersebut. Jika hasilnya menunjukkan angka oktan di bawah 90, kargo tersebut akan ditolak. Sebaliknya, jika angka oktan di atas 90, kargo akan diterima dan kemudian dibongkar.
Baca Juga: Kabar Baik: Pertamina Tegaskan Harga Pertamax Series dan Dex Series Tidak Naik pada April Ini
Berdasarkan dokumen Bill of Lading (B/L) yang menyatakan bahwa kargo tersebut adalah gasoline RON 90, meskipun kenyataannya adalah RON 92, kargo ini tetap dicatat sebagai gasoline RON 90 Pertalite. Dengan pencatatan ini, Patra Niaga menerima subsidi Pertalite dalam bentuk kompensasi sebesar Rp 1.700,- per liter.
Proses ini menunjukkan kompleksitas dalam pengelolaan bahan bakar bersubsidi dan pentingnya pengawasan yang ketat untuk memastikan kualitas dan kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku.
Kargo gasoline RON 92 tersebut kemudian di-dyes (diwarnai) sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Untuk Pertalite, warna yang digunakan adalah hijau terang, sedangkan untuk Pertamax, warna yang digunakan adalah biru terang.
Baca Juga: Pertamina Menjamin Pertamax Sesuai Standar Kualitas dan Tidak Sebabkan Mobil Rusak
Dengan demikian, meskipun gasoline yang diimpor dan disubsidi sebenarnya adalah RON 92, produk tersebut dilabel sebagai Pertalite RON 90. Gasoline yang berwarna biru terang dijual ke SPBU dengan label Pertamax RON 92, yang tentunya lebih tinggi harganya dibandingkan Pertalite. Oleh karena itukah, patut diduga adanya manipulasi subsidi terhadap harga Pertamax.