Mereview Pemikiran Denny JA tentang Agama Menjadi Warisan Kultural Milik Bersama
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 14 April 2023 10:16 WIB
Oleh Dr. F. Budi Hardiman
ORBITINDONESIA.COM - Dalam filsafat dan ilmu-ilmu sosial sudah lama diyakini bahwa agama akan punah oleh proses sekularisasi. Sudah lama para kritikus agama, seperti Auguste Comte, Ludwig Feuerbach, Karl Marx, dan Sigmund Freud meramalkan suatu zaman tanpa agama. Mereka dan para pengikut mereka menduga bahwa agama telah menjadi sumber masalah.
Ada kebenaran dalam dugaan itu. Bukankah intoleransi, politik identitas, dan terorisme yang merebak di beberapa tempat dipicu oleh doktrin-doktrin radikal agama? Makin puritan dan makin ortodoks seseorang mengimani doktrin agama, tampaknya orang itu juga makin intoleran dan makin mengancam keamanan pemeluk agama lain.
Infantilitas, delusi, opium, dan bahkan neurosis adalah istilah-istilah yang diberikan oleh para kritikus itu kepada agama. Demi kewarasan dan kebebasan masyarakat, mereka mendesak untuk menyingkirkan agama atau sekurangnya membiarkannya pudar oleh perkembangan zaman.
Ramalan akan datangnya suatu zaman tanpa agama merupakan keyakinan inti dalam tesis sekularisasi. Memang di beberapa masyarakat, khususnya di benua Eropa, kekristenan tidak lagi memainkan peran publik seperti di Abad Pertengahan dan awal modernitas.
Perkembangan sains, teknologi, dan industri sejak zaman Pencerahan abad ke-18 telah menghentikan agama sebagai pemegang monopoli tafsir atas kenyataan.
Namun itu terjadi di Eropa. Di tempat-tempat lain, seperti di Asia, Afrika, dan Timur Tengah, agama masih hidup. Bahkan di beberapa negara di Amerika Latin, di Tiongkok, dan di Amerika Serikat terjadi revivalisme agama yang sangat bergairah.
Di Indonesia agama bahkan dipakai sebagai alat efektif untuk politik identitas. Horor politik agama masih menghantui demokrasi kita.
Agama jauh dari kepunahan. Harus diakui bahwa tesis sekularisasi telah gagal.