Mereview Pemikiran Denny JA tentang Agama Menjadi Warisan Kultural Milik Bersama
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 14 April 2023 10:16 WIB
Proses ini bisa kita sebut decentering of worldview. Dalam modernitas tidak ada lagi wawasan dunia religius yang berlaku sebagai pusat segalanya. Lewat metode empirisnya, sains modern tidak hanya menjustifikasi eksistensi dunia faktual yang terdiri atas objek-objek empiris.
Sains juga mendorong munculnya wawasan-wawasan dunia alternatif terhadap agama.
Di dalam decentering of worldview itu, orang modern seperti kita lalu dapat secara epistemis membedakan tiga macam dunia.
Pertama adalah dunia objektif yang terdiri atas fakta-fakta. Sains, jurnalisme, pengadilan, dst. mencari kebenaran faktual, dan kebenaran faktual sains mengacu pada dunia objektif ini.
Temuan-temuan arkeologis kitab suci, seperti bahwa Adam, Nuh, dan Musa bukan tokoh-tokoh historis, atau seperti bahwa tempat kelahiran Islam bukan di Mekah, melainkan di Petra, merupakan klaim-klaim faktual yang bisa diproblematisasi secara ilmiah menurut prosedur ketat sains.
Klaim-klaim itu tidak perlu menyinggung perasaan umat beragama, juga tidak perlu dianggap pelecehan agama, karena tidak mengacu pada penghayatan subjektif mereka.
Kedua adalah dunia subjektif yang terdiri atas penghayatan pribadi, seperti misalnya iman dan spiritualitas, termasuk spiritual blue diamond Denny.
Ketiga adalah dunia intersubjektif yang terdiri atas tradisi-tradisi, norma-norma, nilai-nilai moral, dst.
Dunia subjektif dan intersubjektif adalah dunia makna. Dunia ini terbuka terhadap interpretasi makna. Kebenaran di sini bisa sangat beragam dan kontroversial, tetapi dapat didialogkan sehingga tercapai kebenaran sebagai kesepakatan.
Dari perspektif pengamat, isi kebenaran teologis merupakan pemaknaan. Namun dari perspektif peserta atau penganut agama, isi kebenaran itu adalah realitas atau bahkan realitas akhir yang melampaui fakta.