DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Mereview Pemikiran Denny JA tentang Agama Menjadi Warisan Kultural Milik Bersama

image
F. Budi Hadiman.

Sebaliknya, para pascaliteralis tidak tegang dengan fakta itu. Mereka relaks karena menyadari dengan rendah hati bahwa kita belum tahu banyak secara faktual tentang asal usul segala sesuatu.

Segala yang ditulis dalam kitab suci bukan laporan historis tentang asal usul itu, melainkan makna fundamental yang menyingkapkan hubungan manusia dan penciptanya.

Saya perlu menambahkan hal lain di sini: Kita juga perlu relaks terhadap sains. Hal ini yang belum disampaikan Denny karena ia terlalu fokus pada agama, mungkin karena di Indonesia banyak yang mabuk agama.

Tapi bayangkan yang sebaliknya, yaitu pemujaan sains atau saintisme. Situasi itu belum kita alami, tetapi di era Google ini tidak sedikit juga para antusias sains yang meremehkan agama di negeri kita.

Saintisme bukan sains, melainkan keyakinan tentang sains sebagai kebenaran final dan tunggal. Ia mirip fundamentalisme agama, hanya saja objek keyakinannya berbeda.

Hidup ini dapat kita hayati dengan berbagai perspektif, sehingga kaya akan makna. Namun saintisme memiskinkan kekayaan perspektif itu pada satu-satunya perspektif yang dihasilkan oleh metode ilmiah.

Manusia dianggap tidak lebih daripada organisme alamiah, dan moral tidak lebih daripada alat kesintasan belaka. Jika masyarakat terpapar paham ini seperti di Eropa, krisis-krisis makna pun tidak terelakkan.

Max Weber dan para teoretikus kritis Jerman banyak memperingatkan bahaya itu. Jadi, relaks terhadap sains juga membantu kita untuk bersikap lebih manusiawi kepada manusia yang de facto tidak bisa kita ilmiahkan dan rasionalkan seluruhnya, karena mengandung dimensi-dimensi yang melampaui hal-hal yang dapat diobservasi secara ilmiah.

Di era Google ini kita tidak perlu terlalu tegang dengan berbagai perspektif yang bermunculan di layar gawai kita. Di layar itu, seperti juga dalam kehidupan nyata, agama, sains, atau ideologi bisa berebut perhatian kita agar dianut sebagai kebenaran final.

Periksa saja, apakah mereka fakta atau makna, pemaknaan atau pengalaman makna, perspektif pengamat atau perspektif peserta.

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Berita Terkait