Mereview Pemikiran Denny JA tentang Agama Menjadi Warisan Kultural Milik Bersama
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 14 April 2023 10:16 WIB
Kita bisa mendukung sepenuhnya argumen ini. Narasi kitab suci, ritual, doa, tradisi iman–semua ini merupakan hasil pergumulan manusia untuk memberi makna hidupnya.
Dalam hal ini, agama, meskipun jauh lebih kompleks daripada mitos, memiliki fungsi antropologis yang kurang lebih sama dengan mitos, yakni: memberi makna eksistensial.
Jika berargumen di arah ini, bahkan kisah-kisah mukjizat dalam agama, tidak perlu dipahami sebagai fakta historis, melainkan sebagai makna eksistensial, sebagaimana interpretasi yang dilakukan oleh Rudolf Bultmann.
Sebagaimana pemaknaan-pemaknaan lain, dari sudut pandang filosofis, agama berfungsi untuk mengatasi absurditas.
Argumen keempat, sistem reward and punishment, sebagaimana terdapat dalam konstruksi teologis tentang surga dan neraka, juga berfungsi untuk mengatasi absurditas.
Tanpa konstruksi itu kehidupan tampak arbitrer, tak terarah, atau bahkan chaotic. Tidak dikatakan secara tersurat, tetapi cukup jelas dari pandangan Denny, bahwa pemaknaan hidup merupakan fungsi istimewa agama yang sulit ditandingi oleh sains.
Di hadapan manusia fakta ‘mentah’ yang tidak dimaknai tidaklah relevan untuk hidupnya. Oleh sebab itu teori Big Bang dan teori evolusi tidak menetap di teritorium sains; teori-teori ilmiah itu menantang literatisme skriptural karena bersentuhan dengan fungsi istimewa agama dalam memaknai hidup yang disangka telah direbut sains.
Akhirnya, argumen kelima berkorelasi erat dengan argumen ketiga. Pendirian ini mengingatkan kita akan hermeneutik, fenomenologi eksistensial, dan dekonstruktivisme.
Kebutuhan manusia akan makna bisa melampaui kebutuhan akan fakta. Narasi-narasi tidak bisa diukur di bawah satu ukuran yang sama. Begitu juga makna. Maka itu, pencarian makna tidak pernah final, sebagaimana pencarian makna eksistensial lewat agama.
Kelima argumen di atas dapat kira rangkum dengan satu kata: pemaknaan. Agama memiliki kekuatan epistemis yang istemewa untuk memberi makna.