DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Mereview Pemikiran Denny JA tentang Agama Menjadi Warisan Kultural Milik Bersama

image
F. Budi Hadiman.

Pemikiran rekan Denny JA, sejauh dilaporkan dan dikomentari oleh Ahmad Gaus AF dalam bukunya Era Ketika Agama Menjadi Warisan Kultural Milik Bersama, sepakat dengan para kritikus agama yang menganggap agama telah menjadi sumber masalah dalam masyarakat modern.

Namun ia menolak tesis sekularisasi. Agama masih ada. Kita masih mendengar adzan, melihat orang beribadah di gereja atau kuil, dan hari-hari raya keagamaan masih selalu meriah. Perputaran uang yang digerakkan oleh motif-motif religius juga masih sangat tinggi.

Denny tidak berpendirian bahwa agama akan punah. Namun ia juga menolak berargumen pro konservatisme agama.

Denny memilih berargumen untuk transformasi agama agar sesuai dengan perubahan zaman. Bentuk baru yang diyakininya telah dan akan terjadi pada agama adalah menjadi warisan kultural milik bersama umat manusia.

Sangat jarang pemikiran tentang agama yang progresif dan kritis dibahas dalam masyarakat kita. Karena itu saya menyambut baik kesempatan untuk menanggapi dan mendiskusikan pemikiran Denny lebih jauh.

Topik-topik progresif dan kritis tentang agama, masyarakat, dan peradaban bukan hal-hal baru bagi Denny JA. Seingat saya, hal itu merupakan perhatiannya sejak ia masih mahasiswa.

Denny mewarisi pengaruh pemikiran tokoh-tokoh Islam moderat dan pluralis di Indonesia, seperti Nurcholish Madjid, Abdurrahman Wahid, dan Djohan Effendi.

Waktu masih mahasiswa dahulu, ia sudah menggerakkan kelompok-kelompok diskusi yang membahas secara kritis isu-isu politis dan religius.

Kiprahnya dalam dunia riset menyegarkan warisan para gurunya itu di era komunikasi digital. Bagi saya mendiskusikan pendiriannya sungguh merupakan kenikmatan tersendiri yang terasa nostalgis.

Mengapa Agama Bertahan?

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Berita Terkait