Mereview Pemikiran Denny JA tentang Agama Menjadi Warisan Kultural Milik Bersama
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 14 April 2023 10:16 WIB
Kini makin luas diterima di kalangan akademis bahwa narasi-narasi kitab suci bukanlah sebuah laporan jurnalistik atas fakta historis.
Apakah agama akan gugur oleh sains dan proses sekularisasi? Denny berpendapat bahwa agama akan tetap bertahan. Jawaban ini tentu bertolak belakang dari tesis sekularisasi yang telah disinggung di atas.
Denny mengajukan lima argumen yang menarik untuk kita komentari.
Pertama, tiap agama memiliki potensi untuk direinterpretasi. Kedua, keyakinan agama tidak tergantung pada fakta yang sebenarnya. Ketiga, keyakinan agama memberi makna hidup.
Keempat, keyakinan itu ditradisikan lewat narasi reward and punishment. Kelima, pencarian makna tidak pernah berhenti.
Segera kita telaah satu per satu. Argumen pertama lebih berciri persuasif daripada deskriptif. Coba kita bedakan antara perspektif pengamat dan perspektif peserta.
Perspektif pengamat adalah perspektif mereka yang mengobservasi fenomena agama dari luar sebagai objek, seperti Denny. Sedangkan perspektif peserta adalah perspektif mereka yang terlibat di dalam agama-agama dan komunitas-komunitas umat beriman.
Dari perspektif pengamat, kemajemukan tafsir dalam agama memang memungkinkan agama bertahan dalam perubahan zaman.
Namun dari perspektif peserta, kemajemukan tafsir itu menimbulkan kebingungan. Literalisme skriptural merupakan solusi atas kebingungan itu.
Maka itu, literalisme tetap bertahan sekalipun terjadi kemajuan dalam metode eksegesis dan hermeneutik. Jadi, potensi agama untuk direinterpretasi tidak selalu diaktualisasi.