Catatan Denny JA: Khotbah Filsafat Hidup Lewat Lagu, Inspirasi Film Bob Dylan A Complete Unknown (2024)
- Penulis : Krista Riyanto
- Minggu, 02 Maret 2025 10:27 WIB

Ketika film selesai, saya merasa seperti baru saja mendengarkan sebuah khotbah.
Tapi ini bukan khotbah dari altar atau mimbar. Ini khotbah dari panggung konser yang dipenuhi kabut rokok dan sorakan penonton.
Bob Dylan mengajarkan kita bahwa hidup adalah perjalanan tanpa peta. Tidak ada jawaban pasti, tidak ada rumah yang benar-benar tetap.
Kita semua seperti batu yang berguling. Kita terkadang terluka, tapi terus bergerak. Karena diam berarti mati.
Di dunia yang terus berubah, kita hanya memiliki dua pilihan: ikut bergerak, atau terjebak dalam kenangan yang semakin usang.
Kitapun teringat filsafat eksistensialisme yang melihat hidup seperti mitos Sisyphus. Di lereng tak berujung, Sisyphus mendorong batunya sekali lagi. Ia tahu, batu itu akan jatuh, seperti kemarin, seperti esok yang tak berbeda. Tapi ia tak lagi bertanya mengapa.
Dalam denting gitar Dylan, ia menemukan jawaban yang bukan jawaban. Ini hanya perjalanan tanpa peta, hanya langkah yang terus bergerak.
Hidup bukan soal mencapai puncak, bukan soal menang atau kalah, melainkan keberanian untuk mendorong batu itu, jatuh, bangkit, dan melangkah lagi.
Dalam absurditas ini, dalam lagu yang tak pernah selesai, kita menemukan kebebasan: bukan karena dunia memberi arti, tapi karena kita menciptakannya sendiri.***
Baca Juga: Inilah Pengantar dari Denny JA Untuk Buku Culture and Politics in Sumatra and Beyond
Jakarta, 2 Maret 2025