DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Khotbah Filsafat Hidup Lewat Lagu, Inspirasi Film Bob Dylan A Complete Unknown (2024)

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Tapi Dylan tidak pernah mau tinggal dalam satu bentuk. Ia seperti sungai yang selalu mengalir, tidak ingin menjadi patung yang disembah. Dan itu yang membuatnya berbeda.

-000-

Pada tahun 1965, dunia musik menyaksikan pengkhianatan terbesar. Atau begitulah yang dipikirkan para pengikut setianya.

Baca Juga: Pencarian Identitas, dan Burung Gagak Ingin Menjadi Merak: Pengantar dari Denny JA Untuk Buku Puisi Esai Mahwi Air Tawar

Dylan yang selama ini dikenal dengan gitar akustiknya, tiba-tiba muncul di panggung Newport Folk Festival dengan gitar listrik. Dentuman drum dan suara listrik menggema, menghancurkan kesunyian yang selama ini mengitari musiknya.

Para penggemarnya terkejut. Mereka mencintainya sebagai suara rakyat, suara kesederhanaan, suara kebenaran yang murni tanpa manipulasi teknologi. 

Tapi kini, Dylan berdiri dengan amplifikasi penuh, masuk ke dunia rock and roll yang dianggap komersial dan penuh kepalsuan.

Baca Juga: Menulis Ulang Perjuangan Perempuan dalam Sastra: Pengantar Dari Denny JA Untuk Buku Puisi Esai Gunawan Trihantoro

Sorakan protes bercampur dengan suara gitar listriknya. Dylan tidak peduli. Ia tidak pernah berniat menjadi pahlawan yang mereka inginkan. Ia ingin terus berubah, terus tumbuh, terus menantang batasan yang mereka coba paksakan padanya.

Dari seorang pemuda pengembara folk, ia kini menjadi ikon revolusi musik. Lagu-lagunya semakin berani, suaranya semakin lantang, dan dunianya semakin luas.

-000-

Baca Juga: Inilah Pengantar dari Denny JA Untuk Buku Culture and Politics in Sumatra and Beyond

Namun ada satu hal yang tak pernah benar-benar dipahami oleh dunia: Dylan sebagai manusia.

Halaman:

Berita Terkait