DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Menyambut Agama di Era Artificial Intelligence, Tak Bersama Durkheim, Weber, dan Karl Marx

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Kekosongan Teori Sosiologi Agama di Era Artificial Intelligence (1)

ORBITINDONESIA.COM - “Di era artificial intelligence (AI), doa tidak lagi hanya dilantunkan di altar atau masjid, tetapi mengalir dalam aliran data, diproses oleh algoritma, dan dijawab oleh kecerdasan buatan."

"Kita tak lagi hanya mencari Tuhan di langit atau di hati, tetapi juga dalam jaringan yang menghubungkan kita semua." 

"Namun, di tengah kecerdasan tanpa jiwa, akankah iman tetap bergetar dalam dada, ataukah kita hanya menjadi sekumpulan kode tanpa keyakinan?”

Tengah Februari 2025, telah terjadi kesepakatan antara institut, beberapa sekolah tinggi yang berbasiskan agama Islam, Budha. Menyusul yang berbasiskan Hindu, Protestan dan Katolik,  bekerja sama dengan Esoterika Fellowship Program.

Akan segera dibuat diklat 25-30 dosen, dengan basis akademik S2, S3 hingga profesor. Mereka akan membawa materi untuk kelas, yang disebut Budhy Munawar Rahman dan Ahmad Gaus AF sebagai “Teori Denny JA Soal Agama dan Spiritualitas di Era AI”.

Teori ini dibangun berdasarkan sekitar 5 buku saya mengenai fenomena agama dan masyarakat di era artificial intelligence (AI), google, dan dunia digital.

Maka perlu disusun buku yang lebih detil dengan bahasa populer mengenai hal ihwal dan pertanggung jawaban akademik soal yang serius itu.

Teori  saya dengan 7 prinsip itu pada dasarnya menjelaskan agama sebagai fenomena sosial dalam hubungannya dengan 7 variabel.  Hubungan variabel itu dilahirkan melalui Mix Methods,  gabungan antara riset kuantitatif, hingga kualitatif berbasis observasi dan etho digital.

Walau ini sebuah kajian akademik, tapi tone dan spirit dari teori itu adalah menghormati agama dan spiritualitas yang kini hadir berjumlah 4200 keyakinan itu sebagai “Warisan Budaya Milik Kita Bersama”.

Halaman:

Berita Terkait