DECEMBER 9, 2022
Puisi

Budaya Patriarki dan Ternyata Suamiku Teroris: Pengantar dari Denny JA Untuk Buku Puisi Esai Mila Muzakkar

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

ORBITINDONESIA.COM - “Sulaeman, laki-laki yang menjanjikan surga itu tak ada memeluknya, hanya neraka yang ia berikan, pada tiga bidadari yang telah patah sayapnya. Mereka bagai tiga bintang di langit kelam, dikhianati oleh matahari yang seharusnya memberi cahaya.”

(Mila Muzakkar, Sayap Patah Istri Teroris)

Umi Yanti tak pernah membayangkan suatu hari polisi akan mengetuk pintunya dengan amarah. Rumah yang dulu penuh tawa anak-anaknya akan berubah menjadi tempat interogasi.

Lebih menyakitkan lagi, ia tidak tahu. Lelaki yang tidur di sampingnya, yang pernah membelai rambutnya dengan lembut, yang berjanji akan membawanya ke surga, ternyata seorang teroris!

Di kota kecil tempat Umi Yanti tinggal, perempuan seperti dirinya bukanlah seseorang yang bisa berbicara banyak tentang hidupnya sendiri.

Mereka lahir untuk percaya, untuk mengikuti. Seorang suami adalah pemimpin, dan istri berjalan di belakang. Begitulah yang diajarkan. Begitulah yang harus diterima.

Ketika suaminya mulai menghilang berbulan-bulan, ia tidak bertanya terlalu banyak. Waktu Sulaeman tidak mengirim uang, ia berpikir mungkin suaminya sedang kesulitan.

Lalu polisi datang dan menggeledah rumahnya. Ia hanya bisa mengucapkan satu kata yang paling jujur yang pernah keluar dari mulutnya: “Saya tidak tahu.”

Tetapi dunia tidak menerima ketidaktahuan sebagai alasan. Masyarakat lebih suka melihatnya sebagai bagian dari dosa suaminya.

Tetangga-tetangganya yang dulu memanggil namanya dengan hangat kini menghindari. Warung kecil tempatnya menjual kue-kue kini sepi.

Halaman:

Berita Terkait