Puisi Esai Denny JA: Malam Terakhir di Warsawa
- Penulis : Krista Riyanto
- Jumat, 21 Februari 2025 09:23 WIB

Puisi esai seri Mereka Yang Menggigil di Arus Sejarah (12)
ORBITINDONESIA.COM - April - Mei 1943, lima puluh enam ribu Yahudi yang terkurung di Ghetto Warsawa memutuskan untuk melawan Nazi hingga tetes darah terakhir.
-000-
Di bawah nyala lilin yang gemetar,
mereka membagi roti terakhir,
roti yang lebih banyak air mata daripada gandum.
Mereka juga membagi ketakutan, doa, dan ingatan yang tak akan bertahan esok pagi.
Dengan tangan gemetar, mereka menulis pesan terakhir.
Bukan untuk seseorang, bukan untuk kekasih—
tetapi untuk waktu yang akan terus berjalan tanpa mereka.
Seorang bocah menggambar di dinding,
sebuah rumah, sebuah pohon, jendela terbuka.
Dunia yang sebentar lagi tak lagi ada untuknya.
-000-
Di jantung Warsawa yang tak lagi berdetak,
matahari terbenam tanpa perpisahan,
jendela-jendela buta menatap kehampaan,
di jalanan, abu lebih banyak dari batu.
Di bawah tanah, di lorong-lorong dingin,
mereka duduk dalam diam.