DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Esai Denny JA: Malam Terakhir di Warsawa

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Bukan diam yang hampa,
tetapi diam yang lebih tajam dari pedang.

Tangan-tangan luka saling menggenggam,
mata yang letih saling mencari jawaban.

“Apakah besok kita masih bisa melihat pagi?”
bisik seorang gadis kepada ibunya.

Ibunya tersenyum, tanpa janji.
Di sudut lain, seorang lelaki berbisik,
“Kita tidak akan menyerah, bukan?”
Tidak ada yang menjawab,
tetapi genggaman tangannya cukup memberi arti.

Malam ini panjang, lebih panjang dari waktu.
Malam ini abadi,
karena fajar tak akan pernah datang.

-000-

Mordechai berdiri, suaranya setenang batu nisan.
“Besok, kita akan bertahan.
Atau kita akan menjadi abu.
Tapi kita akan memilih cara kita sendiri untuk mati.”

Seorang wanita tua menatap langit penuh asap.
“Dulu ada bintang-bintang di sana.”
Dan sepasang kekasih berjanji:
“Jika kita bertemu lagi,
biarlah di tempat yang tidak ada perang.”

-000-

Fajar tiba tanpa warna.
Dari kejauhan, suara sepatu bot menghantam bumi.
Dunia bergetar.

Halaman:

Berita Terkait