Puisi
Puisi Esai Denny JA: Malam Terakhir di Warsawa
- Penulis : Krista Riyanto
- Jumat, 21 Februari 2025 09:23 WIB

(OrbitIndonesia/kiriman)
Ledakan pertama datang seperti lonceng kematian.
Bunker pertama hancur.
Di bawah tanah, seorang ibu menutup mata anaknya.
“Tidurlah, sayang.
Mungkin di mimpi, kita akan bebas.”
Di luar, Mordechai mengangkat pistol terakhirnya.
Pelurunya bukan untuk musuh,
tetapi untuk langit yang tidak lagi mendengar doa.
Sekali tembak.
Lalu bayangan menelannya.
Dan Warsawa tenggelam dalam debu.
Hanya sunyi yang tersisa.
-000-
Tetapi malam terakhir di Warsawa,
bukan malam kekalahan.
Itu malam keberanian
menjadi puisi yang tak akan pernah mati.
Sejarah mencatat mereka bukan sebagai korban,
tapi sebagai pejuang,
memilih berdiri di ujung hidup,
tanpa tunduk.
Dan di langit yang hitam pekat,
bintang-bintang yang hilang
mungkin sedang menangis.