DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Esai Denny JA: Puisi yang Tak Bisa Dibungkam

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Puisi Esai seri Yang Menggigil di Arus Sejarah (14)

ORBITINDONESIA.COM - Di tahun 1966-1976, Mao Zedong melancarkan revolusi kebudayaan, membungkam, dan membunuh kaum terpelajar yang berbeda. Tetapi kata-kata selalu menemukan jalan untuk melawan. (1)

-000-

Di atas istananya yang menjulang, Mao Zedong resah.
Revolusi pernah menjadi badai yang ia kendalikan.
Tapi kini tersisa hanya percik yang menunggu padam.

Sekali lagi,
Ia meniup bara, dengan cemas, membakar musuhnya, agar dirinya tetap terang.

Namun bisikan perlawanan tumbuh dari puisi yang tak bisa dibungkam. Ia mencium aroma pengkhianatan, yang mengubah tinta menjadi senjata.

Mao menyiapkan kuburan untuk yang melawan, memastikan hanya suaranya yang tersisa.

-000-

Di jalanan, poster-poster merah bertebaran. Wajah Mao tersenyum dari setiap dinding.

Di sudut kota, Konfusius dibuang. Buku-buku filsafat barat menjadi abu. 

Halaman:

Berita Terkait