Catatan Denny JA: Menyambut Agama di Era Artificial Intelligence, Tak Bersama Durkheim, Weber, dan Karl Marx
- Penulis : Krista Riyanto
- Selasa, 25 Februari 2025 09:54 WIB

-000-
Bagaimana pemikiran saya yang disebut Budhy dan Gaus sebagai “Teori Denny JA” menjawab kekosongan teori ini?
Kita tidak bisa lagi memahami agama dengan kacamata lama. Kita membutuhkan teori baru. Buku ini, dan lima buku saya sebelumnya adalah serpihan dan eksperimen intelektual untuk mengisi kekosongan itu.
Kita akan menggali bagaimana AI mengubah peran otoritas keagamaan. Kita akan menganalisis bagaimana agama bertransformasi dari doktrin ke warisan kultural.
Kita akan meneliti apakah pengalaman religius bisa diberikan oleh algoritma? Teori Denny JA tentang Agama di Era AI adalah langkah pertama dalam memahami realitas baru ini, yang tentu saja belum dan tak pernah sempurna. Tapi ia mulai membuka pintu gerbang ke arah Taman Yang Berbeda.
Di masa lalu, kita mencari Tuhan di langit, dalam kitab suci, dalam tempat-tempat suci. Di masa kini, Tuhan juga muncul dalam bentuk algoritma, dalam data, dalam jaringan yang menghubungkan kita semua.
Di masa depan, Tuhan bukan saja sesuatu yang dipercayai oleh sebagian kita, tetapi sesuatu yang kita tafsir sesuai mindset zaman ini. Maka, kita berdiri di hadapan pergeseran besar sejarah manusia.
Di era ini, bukan hanya manusia yang mencari Tuhan. Mungkin, untuk pertama kalinya dalam sejarah, mesin juga mulai bertanya: Apa itu iman? Apa itu spiritualitas? Apa itu makna?
Buku ini tidak menawarkan jawaban yang mutlak. Tetapi ia akan membantu kita memahami pertanyaan-pertanyaan yang belum pernah ditanyakan sebelumnya.
Dan mungkin, dalam proses itu, kita akan menemukan kembali apa arti menjadi manusia dalam dunia yang semakin dikendalikan oleh artificial intelligece.