Catatan Denny JA: Menyambut Agama di Era Artificial Intelligence, Tak Bersama Durkheim, Weber, dan Karl Marx
- Penulis : Krista Riyanto
- Selasa, 25 Februari 2025 09:54 WIB

Buku inipun tak memuja AI sebagai dewa baru. Harus ditunjukkan pula potensi kelemahan AI untuk dunia psikologis manusia.
Dalam acara memperingati Hari Dewi Saraswati bersama komunitas Hindu di Jakarta, Februari 2025, dibacakan puisi esai saya berjudul “Dewi Saraswati dan Keterasingan Manusia di Era AI”.
Dalam puisi ini Dewi Saraswati berkata: “Kehangatan pelukan manusia tak bisa diganti oleh notifikasi. Pengalaman religius tak bisa sepenuhnya digeser oleh algoritma.”
Ini petikan puisi esainya:
“Malam itu, di mimpiku,
aku melihat Dewi Saraswati,
menenun bintang-bintang di sungai Hudson.
Jari-jari Saraswati menulis di udara,
bait-bait Veda berubah menjadi algoritma.
Bhagavad Gita menjelma notifikasi.
Aku bertanya padanya:
Mengapa ada bocah bunuh diri karena AI?
Mengapa Di era AI,
kita semakin terhubung,
tapi semakin sepi.
Cinta berubah menjadi data,
tanpa jiwa, tanpa kehangatan.
Seolah Dewi Saraswati,
berbisik padaku:
“Pelukan tak bisa digantikan notifikasi.