Catatan Denny JA: Khotbah Filsafat Hidup Lewat Lagu, Inspirasi Film Bob Dylan A Complete Unknown (2024)
- Penulis : Krista Riyanto
- Minggu, 02 Maret 2025 10:27 WIB

Guthrie adalah nabi bagi kaum tertindas, suara dari padang tandus Amerika. Ia seorang yang memahami derita buruh, petani, dan mereka yang kehilangan rumah di tengah kemewahan kota.
Dylan duduk di sampingnya, memandang idolanya dengan penuh takzim. Ia memainkan lagu untuknya. Bahkan Dylan membuat sebuah lagu untuknya.
Dylan tidak sedang mencari pujian, melainkan sebagai persembahan bagi seseorang yang telah mengajarkannya makna keberanian dalam musik. Lagu itu kelak menjadi manifestonya sendiri, sebuah langkah pertama menuju takdir yang akan menjadikannya legenda.
-000-
Dari rumah sakit itu, Dylan membawa pulang semangat Guthrie ke jalanan New York, ke kafe-kafe kecil di Greenwich Village yang dipenuhi kaum bohemian, penyair mabuk, dan seniman tanpa tujuan.
Di sanalah ia menemukan suaranya sendiri. Ia tidak hanya menyanyikan lagu-lagu tentang cinta atau kehilangan, tetapi juga tentang perang, ketidakadilan, dan harapan.
Kemunculannya di panggung-panggung kecil mulai menarik perhatian. Ia tidak tampan seperti bintang Hollywood, suaranya pun tidak merdu seperti penyanyi lainnya.
Tapi ia memiliki sesuatu yang lebih tajam: lirik yang menusuk dan ketulusan yang tak bisa dibeli. Lagu-lagunya seperti nyanyian kenabian yang menggema di antara generasi yang haus akan makna.
Tak butuh waktu lama sebelum dunia memperhatikannya. Album-albumnya mulai meledak, suaranya menjadi suara zaman, dan Dylan menjadi raja folk akustik.
Baca Juga: Inilah Pengantar dari Denny JA Untuk Buku Culture and Politics in Sumatra and Beyond
Di setiap sudut kota, orang-orang menyanyikan Blowin’ in the Wind, bertanya-tanya kapan dunia akan menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang tak kunjung usai.