In Memoriam Ignes Kleden: Ikhtiar Mengintegrasikan Puisi ke Dalam Gerakan Sosial
- Penulis : Krista Riyanto
- Senin, 22 Januari 2024 19:01 WIB
Tokoh liris adalah juga anggota masyarakat yang relatif dikenal oleh publik pembaca, karena berita tentang mereka atau jenis peristiwa yang dialaminya diberitakan luas di media cetak dan media elektronik.
Itu sebabnya penulisnya tidak menyebut kelima buah penanya ini sajak, tetapi puisi esai. Ada niat untuk mencobakan suatu bentuk lain dalam berekspresi, dengan menggabungkan puisi dan esai.
Apakah ini merupakan sebuah bentuk yang amat baru dalam puisi Indonesia, akan dicoba ditinjau secara selayang pandang dalam pengantar ini.
Sajak-sajak panjang ini segera mengingatkan kita akan berbagai balada yang ditulis para penyair Indonesia modern.
Balada adalah sajak yang mengandung suatu narasi yang lengkap, entah narasi tentang sebuah folklore yang hidup dalam suatu komunitas, ataupun narasi yang disusun oleh penyairnya sendiri berdasarkan cerita rakyat.
Amir Hamzah menulis balada “Hang Tuah” Laksamana, cahaya Melaka, bunga Pahlawan, dalam mempertahankan Malaka, tetapi akhirnya tewas dalam pertempuran oleh peluru meriam Portugis:
Peluru terbang menuju bahtera/
Laksamana dijulang ke dalam segara (7)
Penyair Pujangga Baru ini juga menghidupkan kembali cerita rakyat yang lain dalam balada “Batu Belah” yaitu batu yang siap meremukkan korban dalam mulutnya apabila dipanggil dengan mantera yang benar:
Batu belah, batu bertangkup/