In Memoriam Ignes Kleden: Ikhtiar Mengintegrasikan Puisi ke Dalam Gerakan Sosial
- Penulis : Krista Riyanto
- Senin, 22 Januari 2024 19:01 WIB
Mengenang kepergian Ignes Kleden, saya turunkan kembali tulisan Ignes Kleden tentang puisi esai saya, yang ia tulis di tahun 2012.
Tulisan Ignes ini menjadi epilog dalam buku puisi esai yang pertama: Atas Nama Cinta (2012)
I
Menghadapi Diskriminasi dengan Puisi
-Review Puisi Esai Denny JA
Ignas Kleden, Kritikus Budaya
Licentia poetica dan ambivalensi puisi rupanya bisa menjadi fasilitas yang memungkinkan puisi dimasuki oleh berbagai pihak dengan membawa keperluannya masing-masing.
Tidak semua penulis sajak akan mempersembahkan hidupnya untuk kesenian seperti yang dilakukan oleh Chairil Anwar.
Tidak setiap peminat puisi akan mengutak-atik kata-kata untuk coba memastikan bahwa kehidupan nyata lebih tidak logis dan lebih tidak masuk akal dari syarat menulis puisi, seperti yang dialami oleh Sapardi Djoko Damono (1).
Rendra meneliti “metode”nya dari waktu ke waktu dalam mendamaikan amanat batin dan cetusan pikirannya dengan sarana ekspresi yang dapat menyampaikan pesan itu atas cara yang semakin membuat senyawa isi dan bentuk sebuah sajak (2).