In Memoriam Ignes Kleden: Ikhtiar Mengintegrasikan Puisi ke Dalam Gerakan Sosial
- Penulis : Krista Riyanto
- Senin, 22 Januari 2024 19:01 WIB
Oleh Denny JA
ORBITINDONESIA.COM - “Kamu penulis dan pemikir yang beruntung. Suka atau tidak, sudah terbentuk komunitas tingkat nasional, bahkan ASEAN, di seputar kreasimu, ikhtiarmu dalam sastra. Tak banyak yang memperoleh keberuntungan itu.”
Sekitar tiga tahun lalu, kalimat di atas diucapkan oleh Ignes Kleden dalam percakapan di handphone.
Waktu itu, ia membaca komunitas puisi esai ASEAN menyelenggarakan Festival Puisi Esai di Sabah, atas biaya kerajaan di Malaysia itu sendiri.
Percakapan ini yang saya ingat, ketika mendengar Ignes Kleden meninggal, hari ini, 22 Januari 2024.
Hari ini, di sela sela padatnya isu Pilpres, saya katakan kepada tim, mohon saya jangan diganggu sekitar dua jam. Saya harus menulis sesuatu untuk pemikir dan penulis besar ini. Setidaknya ini rasa terima kasih saya padanya.
Tak banyak yang tahu. Di masa awal proses kreatif saya soal puisi esai, ketika pertama kali saya ingin berikhtiar membuat sejenis puisi yang keluar dari “pakem,” keluar dari konvensi, yang “out of the box,” saya banyak berdiskusi dengan Ignes Kleden.
Waktu itu, tahun 2012, dua belas tahun lalu, Ignes memberi semangat.
Ujarnya, genre baru dalam puisi itu adalah tawaran paradigma. Ia akan hidup atau mati bukan karena sah atau tidaknya genre baru itu. Tapi apakah genre baru itu melahirkan komunitas yang menghidup-hidupkannya.
Karena itulah, ketika Ignes Kleden mendengar terbentuknya komunitas puisi esai Indonesia, bahkan di tingkat ASEAN, ia menyatakan: “Den, gagasanmu kini sudah menemukan kakinya. Selamat.”