In Memoriam Ignes Kleden: Ikhtiar Mengintegrasikan Puisi ke Dalam Gerakan Sosial
- Penulis : Krista Riyanto
- Senin, 22 Januari 2024 19:01 WIB
every morn & every night/
some are born to sweet delight/
some are born to sweet delight/
some are born to endless night.
(Sajak William Blake “Auguries of Innocence”) (13)
Jakarta, akhir Februari 2012
Catatan Kaki:
1. “….. barangkali dunia nyata boleh tidak masuk akal, tetapi dunia rekaan harus masuk akal. Dunia nyata lebih tidak masuk akal dibanding dunia rekaan. Segala peristiwa dalam dunia nyata terjadi begitu saja tanpa rancangan pasti sebelumnya, tetapi rangkaian peristiwa dalam dunia rekaan harus diatur sedemikian rupa agar jelas sebaik-baiknya– agar masuk akal.” Lihat Sapardi Djoko Damono, “Permainan Makna”, dalam Pamusuk Eneste (ed.), Proses Kreatif, Jilid I, Jakarta, KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2009, hal. 155-156.
2. “Saya hidup dengan disiplin pribadi yang kuat. Saya tengah mencari ‘bentuk seni’ yang tepat untuk isi pikiran dan rohani saya yang sedang terlibat dengan persoalan sosial-ekonomi-politik. Bentuk yang saya pakai dulu tidak memenuhi kebutuhan saya sekarang”. Lihat Rendra, Mempertimbangkan Tradisi, Jakarta, Penerbit PT Gramedia, 1984, hal. 65.
3. “Kata-kata harus bebas dari pengertian, dari beban idea. Kata-kata harus bebas menentukan dirinya sendiri.” Sutardji Colzoum Bachri, “Kredo Puisi”, dimuat dalam Sutardji Colzoum Bachri, O Amuk Kapak: Tiga Kumpulan Sajak, Jakarta, Penerbit Sinar Harapan, 1981, hal. 13.