In Memoriam Ignes Kleden: Ikhtiar Mengintegrasikan Puisi ke Dalam Gerakan Sosial
- Penulis : Krista Riyanto
- Senin, 22 Januari 2024 19:01 WIB
Kelima sajak panjang ini masih disertai catatan kaki yang luas dan panjang. Maksudnya adalah memberikan deskripsi tentang kondisi sosial di mana, mengapa dan bagaimana batin seorang aktor liris menghadapi pergolakan dan konflik.
Patut dicatat bahwa catatan kaki bukanlah hal yang jamak dalam puisi, kecuali dalam antologi-antologi tatkala penyusunnya merasa perlu memberikan keterangan tambahan tentang kehadiran sebuah sajak.
Ini artinya, catatan kaki bukanlah bagian yang organis dari puisi. Tampaknya ini juga dimak lumi penulis, yang memilih cara ini untuk melukiskan perhubungan dunia-dalam dan dunia-luar dalam sajak.
Namun demikian kita dengan mudah menemukan contoh lain dalam puisi Indonesia, yang menggabungkan kedua dunia itu dengan selaras dalam kerangka sajaknya.
Balada yang ditulis Rendra tentang Orang-Orang Rangkasbitung memperlihatkan kepandaian penyairnya untuk memasukkan konteks sosial ke dalam sajaknya, sehingga hanya dengan membaca sajaknya kita sudah dapat merasakan suasana sosial tempat suatu peristiwa terjadi.
Dalam sajak “Nyanyian Adinda untuk Saijah” Rendra menulis:
Di Kalijodo aku menyanyi di dalam hati/
Kawih asih seperti pohon tanpa daun,/
Mengandung duka seperti pohon tanpa akar./
Saat adalah malam menanti pagi.