DECEMBER 9, 2022
Kolom

In Memoriam Ignes Kleden: Ikhtiar Mengintegrasikan Puisi ke Dalam Gerakan Sosial

image
Ignas Kleden dalam kenangan. (OrbitIndonesia/kiriman)

Semenjak LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakyat), emosi pribadi telah disingkirkan dari puisi, dan yang harus ditampilkan adalah masalah sosial dan khususnya tema politik tentang perjuangan rakyat yang harus dimenangkan.

Dalam retrospeksi, dapat dikatakan sekarang bahwa apa yang diabaikan dalam sajak-sajak penyair LEKRA adalah hilangnya dimensi personal, yang pada hemat saya menjadi unsur konstitutif sebuah sajak yang berhasil.

Perbedaan sajak-sajak penyair LEKRA dan sajak-sajak Rendra tentang timpangnya pembangunan dan ketidakadilan sosial ialah bahwa pada Rendra (dengan berbagai tingkat keberhasilan yang bisa dicapai) masalah-masalah sosial diusahakan untuk diinternalisasikan sejauh mungkin sebagai masalah pribadinya, dan diungkapkan kembali sebagai keprihatinan dan keresahan atau amarah pribadi.

Tampaknya, ini syarat minimal untuk setiap sajak sosial, karena puisi tidak ditakdirkan menjadi reproduksi dari situasi sosial, tetapi sebagai respons personal kepada berbagai masalah sosial yang dihadapi.

Tanpa dimensi personal ini sebuah sajak dengan mudah sekali tergelincir menjadi pamflet perjuangan atau orasi sosial politik.

Tentang orang-orang miskin yang tersingkir dalam perjuangan hidup di kota besar Rendra menulis dengan penuh simpati:

Orang-orang

miskin di jalanan,/

yang tinggal di dalam selokan,/

yang kalah dalam pergulatan,/

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Berita Terkait