DECEMBER 9, 2022
Kolom

In Memoriam Ignes Kleden: Ikhtiar Mengintegrasikan Puisi ke Dalam Gerakan Sosial

image
Ignas Kleden dalam kenangan. (OrbitIndonesia/kiriman)

Apa yang mengharukan di sini bukan saja dan bukan terutama keadaan sosial dan masalahnya, tetapi sikap pribadi dan sentuhan personal penyair pada masalah dan kondisi sosial tempat dia terlibat.

II

Penyair, dan mungkin tiap seniman kreatif, bekerja dengan mengandalkan spontanitas dan intensitas. Ada gagasan atau perasaan yang timbul, tetapi perasaan atau ide itu disambut oleh suatu intensitas tinggi, yang memberi bentuk pada sesuatu yang tadinya masih lentur dan sambur-limbur dalam angan.

Tak terbayangkan seorang penyair menyusun desain untuk sajak yang hendak ditulisnya.

Sajak, pada umumnya, adalah perjumpaan suasana-dalam dan suasana-luar yang menjelma menjadi momentum penciptaan.

Tentu saja sebuah sajak dapat diperbaiki berulang kali oleh penyairnya, atau ditulis sekali jadi, tetapi tiap usaha editing adalah ikhtiar meningkatkan intensitas dan mempertajam daya ucap untuk mengatakan sesuatu yang telah ditangkap secara spontan.

Mengingat kebiasaan seperti itu, sajak-sajak Denny JA memperlihatkan wataknya yang menyimpang dari kebiasaan.

Kelima sajak itu lahir dari suatu desain yang sadar. Tema yang digarap adalah soal diskriminasi di Indonesia pada masa reformasi, panjang masing-masing sajak itu relatif hampir sama.

Tiap sajak dilengkapi dengan catatan kaki yang ekstensif untuk memberi informasi tentang situasi sosial saat terjadinya peristiwa yang dilukiskan dalam sajak.

Tak lupa disertakan data-data, yang dimaksud untuk membangun Sitzim Leben baik bagi tokoh liris maupun bagi peristiwa liris yang dilukiskan.

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Berita Terkait