DECEMBER 9, 2022
Kolom

In Memoriam Ignes Kleden: Ikhtiar Mengintegrasikan Puisi ke Dalam Gerakan Sosial

image
Ignas Kleden dalam kenangan. (OrbitIndonesia/kiriman)

sepanjang masa.

(Sajak Ajib Rosidi “Panorama Tanah Air”) (12)

Tema-tema sosial akan bertemu pada titik yang sama: keadilan dan ketidakadilan sosial, kesetaraan atau kesenjangan hak, persamaan atau perbedaan nasib, kemungkinan perbaikan atau susunan masyarakat yang tak berubah, diskriminasi atau emansipasi.

Masalah yang selalu menghantui ialah apakah ketidaksetaraan dalam kemakmuran (sebagai suatu yang hampir tak bisa dicegah) harus membawa kita kepada ketidakadilan (sebagai sesuatu yang dapat dicegah)?

Ataukah susunan masyarakat dengan tingkat-tingkat kesejahteraan, tingkat-tingkat kemampuan, dan tingkat-tingkat pencapaian, harus identik dengan susunan bertingkat dalam hak dan martabat, dan ketidaksetaraan dalam perlindungan politik dan perlindungan hukum?

Soal ini sudah berabad menjadi debat di antara para cerdik cendekia di belahan dunia mana pun dan dalam disiplin ilmu dan filsafat yang klasik maupun modern.

Atas cara yang sama para penyair dari masa ke masa mengutarakan kegelisahan yang sama dengan berbagai cara penyampaian, dengan berbagai citra dan perbandingan, dan kita sering merasa apakah puisi mempunyai nilai penting karena otentisitas ekspresinya atau otentisitas masalah sosial yang diungkapkannya.

Penyair Inggris William Blake yang hidup pada pertengahan abad ke-18 hingga awal abad ke-19, senantiasa menyanyikan kedukaan yang melanda masyarakatnya, dan pada suatu ketika merasa harus mengatakan dengan gayanya sendiri terbelahnya masyarakat antara mereka yang berada dalam kesenangan yang serba manis dan mereka yang terdampar dalam kegelapan derita yang tak kunjung putus.

Every night & every morn/

some to misery are born/

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Berita Terkait