DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Ketika Puisi, dan Apapun, tak Pernah Cukup, Lalu Mengapa Lahir Puisi Esai

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Dan jika puisi esai memiliki ketiga hal itu:

resonansi zaman, celah imajinasi, dan denyut yang menggetarkan,

maka ia bukan hanya akan bertahan. Ia akan menyeberang zaman.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Menunggu Hasil Perang Melawan Korupsi Ala Presiden Prabowo Subianto

Karena pada akhirnya, bentuk bisa mati. Tapi roh, jika benar-benar hadir, akan selalu menemukan tubuh barunya.

Dalam sejarah panjang seni, hanya yang menyala dari dalam yang akan bertahan.

Jika puisi esai punya nyala itu—bukan sekadar bentuk, tapi jiwa yang menggetarkan—maka ia tak hanya akan dikenang.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Ketika Puisi Menjadi Saksi Zaman

Ia akan hidup. Dan terus hidup. Di hati yang merasa sesuai dengan gelora itu.

Kini komunitas puisi esai terus meluas ke Asia Tenggara dan Kairo. Komunitas ini memiliki Festival puisi esai tingkat ASEAN yang keempat di tahun 2025. Di Indonesia, di tahun 2025 terselenggara Festival Puisi Esai yang ketiga.

Buku puisi esai setiap tahun bertambah sekitar 30-50 judul sejak dua tahun 2022. Dan pula komunitas ini memiliki dana abadi, minimal 50 tahun sejak tahun 2024.***

Baca Juga: Catatan Denny JA: Merekam Sejarah dan Makna Melalui Lukisan

Jakarta, 29 Mei 2025

Halaman:

Berita Terkait