Perpaduan Nilai Tradisional dan Modern, Penekanan Pendidikan Bentuk Keuletan Siswa China
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Kamis, 29 Mei 2025 01:00 WIB

ORBITINDONESIA.COM -- Generasi muda merupakan aset bangsa dan kunci kemajuan suatu negara. China mengalami kemajuan yang pesat dalam berbagai bidang selama beberapa dekade terakhir dan juga dikenal gemilang dalam peradaban masa lalu. Prestasi ini tentunya tidak lepas dari peran generasi muda. Lantas, apa yang membuat anak-anak di China dinilai berbeda dengan anak-anak lain seumuran mereka di belahan dunia lainnya?
Bangsa China terkenal akan kedisiplinan diri dan keuletan mereka yang layak dijadikan teladan. Mereka kerap mengukir prestasi atau tampil menonjol di berbagai bidang, baik dalam kompetisi matematika, olahraga, maupun seni.
Bahkan, ada sebuah guyonan di jagat maya yang berbunyi seperti ini: "Jika Anda merasa hebat, ingat, selalu ada anak Asia yang lebih jago dari Anda!", dengan sebagian besar anak Asia itu digambarkan sebagai anak-anak China, yang umumnya memiliki kemampuan luar biasa di usia sangat muda.
Baca Juga: Perdagangan China-AS Kembali Bangkit di Tengah Visi Bersama yang Saling Menguntungkan
Namun, apa yang mendasari mentalitas mengagumkan ini?
Landasannya dapat ditelusuri ke masa Konfusianisme kuno, di mana istilah "Junzi" memiliki arti model keunggulan manusia. Salah satu kebajikan inti dalam ajaran Konfusianisme adalah "Xiao" atau bakti kepada orang tua, yang mengacu kepada kewajiban khusus bagi anak laki-laki, terutama anak laki-laki tertua, terhadap keluarga, serta harapan untuk menghormati dan merawat orang tua mereka (McLaughlin & Braun, 1998).
Di era China modern, kebajikan ini menjadi sorotan dalam salah satu Nilai-Nilai Sosialis Inti, yaitu dedikasi dan kejujuran. Nilai-Nilai Sosialis Inti terdiri dari 12 idealisme berbeda yang dibagi menjadi tiga kategori utama.
Baca Juga: "Desa Bali" di Hainan Jadi Bukti Pertukaran Persahabatan Indonesia dan China
Pertama, nilai-nilai nasional yang meliputi kemakmuran dan kekuatan nasional, demokrasi, perilaku beradab, dan harmoni; kedua, nilai-nilai sosial yang mencakup kebebasan, kesetaraan, keadilan, dan supremasi hukum; dan ketiga, nilai-nilai individu yang meliputi patriotisme, dedikasi, kejujuran, serta persahabatan.
Keuletan sudah lama dianggap sebagai nilai mentalitas yang berharga dan suci dalam filosofi China, baik dalam nilai-nilai tradisional maupun di era modern ini, di mana China mengintegrasikan nilai-nilai baik China dalam sejarah dengan nilai-nilai sosialis dengan karakteristik China.
Pendidikan telah lama menjadi tulang punggung masyarakat China, dihormati sebagai jalur utama menuju mobilitas sosial, kesuksesan finansial, dan prestise keluarga. Sejak era feodalisme, ketika ujian kekaisaran menjadi gerbang menuju posisi pemerintahan, du shu, yang secara harfiah berarti membaca buku dan diartikan sebagai belajar, selalu dianggap hal paling penting bagi generasi muda.
Baca Juga: PM Li Qiang Serukan China, ASEAN, dan GCC Jadi Contoh Keterbukaan dan Kerja Sama Pembangunan
Walaupun zaman sudah berbeda, pendidikan masih menjadi salah satu aspek terpenting bagi keluarga dengan anak muda di China saat ini. Di China, tidak heran jika Anda melihat orang tua mengeluarkan sebagian besar uang, dan mengorbankan waktu luang mereka untuk pendidikan anak, baik di rumah maupun mendampingi anak mengikuti kursus di luar sekolah pada saat akhir pekan dan liburan.