Analisis Denny JA: Setelah Amerika Serikat Menjatuhkan Bom ke Iran
- Penulis : Krista Riyanto
- Minggu, 22 Juni 2025 18:17 WIB

Tiga Skenario dan Masa Depan Senjata Nuklir
ORBITINDONESIA.COM - Malam itu di Qom, kota suci Syiah, Fatemeh—seorang mahasiswi filsafat Islam—menutup pelan kitab Nahjul Balaghah yang baru saja ia baca. Ini kitab kumpulan renungan dari Ali bin Abi Thalib, Imam pertama dari mazhab Islam Syiah.
Di luar, angin membawa aroma berat dari kilang tua yang telah puluhan tahun menjadi nadi kota.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Jika Sebuah Nada Diberi Hak
Ayahnya, seorang dosen Universitas Qom, menyalakan televisi.
Tiba-tiba layar kaca menjadi merah.
“Fordow, Natanz, dan Isfahan telah dibom oleh Amerika Serikat,” ujar pembaca berita dengan suara gemetar.
Kamera beralih ke Presiden Trump, berdiri tegak di podium Gedung Putih. Ia berkata:
“Hari ini, kami telah menghancurkan fasilitas pengembang senjata nuklir Iran. Dunia menjadi lebih aman—tanpa Iran bersenjata nuklir.”
Tangis Fatemeh pecah. Ia tak menangis karena Fordow hancur,
Baca Juga: Catatan Denny JA: Bunga Rampai 100 Tahun Arsitektur Perjuangan dan Jejak Rasa Kuliner
tetapi karena ia teringat perkataan ayahnya: