Bryan Akthur Alexander, Membawa Suara Kritis Anak Muda ke Tiktok Youth Council
- Penulis : Mila Muzakkar
- Minggu, 22 Juni 2025 10:53 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Ketika sebagian besar anak muda seusianya sibuk membangun persona di media sosial, Bryan Akthur Alexander, justru duduk semeja dengan para pembuat kebijakan global TikTok—platform dengan lebih dari 1 miliar pengguna aktif.
Bryan tak hanya hadir sebagai nama di daftar peserta, tapi sebagai satu dari 28 pemimpin muda dunia yang terpilih secara ketat untuk duduk di TikTok Youth Council: dewan penasihat muda global yang bertugas menjadi suara kritis anak muda dari dalam sistem.
Sebagai mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dan aktivis muda yang dikenal vokal dalam isu-isu sosial, keterlibatan Bryan di forum global ini bukan sebuah kebetulan, tapi hasil dari perjalanan panjang yang berawal dari tempat yang tidak pernah dipandang.
Baca Juga: Fahrul Riansyah Efendi, Dari SMK ke Delegasi Internasional
"Aku tidak akan pernah lupa hari ketika kepala sekolahku berkata, ‘Sudahlah, jangan mimpi masuk PTN top. Sekolah kita ini masuk PTN aja udah bagus.’" Bryan menyimpan kalimat itu bukan sebagai luka, tapi bahan bakar.
Ia memulai SMA dari titik nol—tanpa organisasi, tanpa prestasi lomba, dan dengan rasa minder yang menusuk. Tapi bukannya menyerah, Bryan belajar sendiri, mencoba puluhan lomba, dan terus gagal.
“Saya daftar lagi. Gagal lagi. Tapi saya terus coba. Sampai akhirnya, saya ikut lebih dari 60 olimpiade sains dan sosial selama SMA,” kenangnya. Semua itu berpuncak ketika ia lolos masuk Universitas Indonesia—PTN yang dulu dianggap mustahil untuk anak dari sekolah seperti dirinya.
Baca Juga: Mahasiswa Fakultas Teknik UI Borong Juara Kompetisi di Oil and Gas Intellectual Parade 2025
Kini, ia membawa semua luka, semangat, dan pengalamannya ke panggung dunia.“Menjadi bagian dari TikTok Youth Council ini adalah kesempatan langka. Kami bukan hanya mendengar, tapi didengar—dan keputusan kami berdampak pada miliaran pengguna muda,” jelas Bryan.
Salah satu pencapaiannya yang membanggakan adalah saat rekomendasi timnya tentang digital well-being akhirnya diimplementasikan secara global oleh TikTok. Saat ini, dewan sedang menyusun masukan untuk kebijakan seputar AI generatif dan dampaknya terhadap kreator muda.
Namun, peran ini tidak mudah. “Tantangan terbesarnya adalah menavigasi ruang abu-abu antara melindungi kebebasan berekspresi dan memerangi misinformasi,” ujarnya. Di sinilah Bryan merasa pentingnya memengaruhi perubahan dari atas ke bawah (top-down), agar suara generasinya tidak hanya menjadi wacana, tetapi kebijakan.
Baca Juga: Azizir Rohma Febriyani, Menjadi Pengajar Mahasiswa Asing di Usia 20
Di luar TikTok, Bryan juga terus melebarkan pengaruhnya. Ia terpilih sebagai Incoming Fellow Salzburg Global Seminar di Austria untuk isu kesetaraan kesehatan, menjadi Youth Representative World Food Forum FAO, dan Fellow BeVisioneers Mercedes-Benz untuk inovasi keberlanjutan.