DECEMBER 9, 2022
Humaniora

"Desa Bali" di Hainan Jadi Bukti Pertukaran Persahabatan Indonesia dan China

image
Foto tak bertanggal ini menunjukkan Candi Bentar bergaya Bali di "Desa Bali", sebuah objek wisata di Wanning, Provinsi Hainan, China selatan. (Xinhua/Chen Kaizi)

ORBITINDONESIA.COM -- Jika Anda berkunjung ke Wanning di Provinsi Hainan, China selatan, sebuah desa yang menampilkan Candi Bentar, patung Boma, dan ukiran Dewi Shinta-Hanoman seolah-olah membawa Anda ke Pulau Bali yang berjarak ribuan kilometer dari Wanning. Inilah "Desa Bali", yang dikenal sebagai destinasi populer dan kerap memikat wisatawan China setiap musim liburan.

Banyak wisatawan mungkin belum mengetahui bahwa arsitektur, patung, pertunjukan kesenian, hingga desain yang mendetail di desa ini merupakan hasil dari kearifan masyarakat Indonesia. Jadi, tidak heran jika unsur-unsur Bali yang ada di desa ini terasa begitu autentik.

Pada 2017, Rektor Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) I Wayan Lasmawan memimpin delegasi dari kampus tersebut ke Wanning untuk membahas perancangan dan pembangunan "Desa Bali", sebuah proyek yang sebelumnya telah disepakati oleh pihak China dan Indonesia.

Baca Juga: Semarang dan Cirebon Gabung ke Aliansi Kota Jalur Sutra Maritim: Hubungan Budaya China dan Indonesia Kuat

Lu Shaosheng, direktur objek wisata "Desa Bali", masih ingat pengalamannya saat pertama kali menerima kunjungan delegasi dari Undiksha sekitar delapan tahun lalu.

"Segera setelah cetak biru dan rancangan desain ditetapkan, para mahasiswa Indonesia langsung memulai pembangunan tanpa kenal lelah. Patung-patung dan ukiran yang memesona dan bernuansa Bali tercipta dari tangan mereka," kenang Lu.

Setelah itu, Rektor Wayan bersama para mahasiswa peserta telah beberapa kali kembali mengunjungi "Desa Bali" untuk mengecat patung dan bangunan, serta membawa berbagai alat musik, busana, bahkan karya seni dari Bali. Tidak hanya itu, mereka juga menampilkan pertunjukan tari Bali di Wanning dan mengajarkan bahasa Indonesia serta bahasa daerah Bali kepada para staf di "Desa Bali".

Baca Juga: Menilik Keharmonisan Etnis dan Budaya antara Tionghoa dan Dayak di Kalimantan

Selama masa kunjungan di Wanning, pihak manajemen "Desa Bali" merekrut koki masakan Indonesia untuk menyajikan hidangan yang lebih cocok. Para staf juga berinteraksi dengan pemuda-pemuda Indonesia, bernyanyi bersama, dan mengobrol layaknya kawan lama. Seluruh pengalaman tersebut menjadi kenangan tak terlupakan bagi para staf maupun pemuda Indonesia.

Gede Loi Sanda sempat mengikuti delegasi tersebut pada 2019. "Di Hainan, saya merasa seperti di rumah dan benar-benar merasakan persahabatan serta perhatian yang tulus dari teman-teman di China," ungkap Gede dengan penuh rasa haru.

"Saya sangat merindukan mereka, semoga mereka bisa datang kembali dan semakin mempererat ikatan di desa ini," ujar Lu sambil membaca pesan yang dikirimkan kepada mahasiswa Indonesia melalui WeChat dan surat elektronik (surel).

Baca Juga: Inovasi Berbasis Budaya Jadi Rahasia di Balik Produsen NEV Raksasa China BYD

Lu mengatakan bahwa dari sudut pandangnya, "Desa Bali" merupakan "bunga persahabatan" antara China dan Indonesia. Dia juga mengungkapkan harapannya agar pertukaran semacam ini dapat lebih sering dilakukan di masa depan.***

Sumber: Xinhua

Berita Terkait