DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Menilik Keharmonisan Etnis dan Budaya antara Tionghoa dan Dayak di Kalimantan

image
Ilustrasi etnis Dayak (Foto: Unair)

ORBITINDONESIA.COM -- Kalimantan, pulau yang kaya akan sumber daya alam dan budaya, menjadi rumah bagi berbagai etnis yang telah hidup berdampingan selama berabad-abad. Salah satu perpaduan budaya yang menarik perhatian adalah hubungan antara etnis Tionghoa dan Dayak.

Kedua kelompok ini memiliki latar belakang budaya, bahasa, dan sistem kepercayaan yang berbeda, tetapi justru mampu membangun hubungan sosial yang harmonis dan saling melengkapi.

Komunitas Tionghoa mulai bermigrasi ke Kalimantan sejak abad ke-18, terutama dari Provinsi Guangdong dan Provinsi Fujian di China. Mereka datang sebagai penambang emas, pedagang, hingga pekerja kontrak.

Baca Juga: Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia Dukung Kebijakan Pemerintah Wujudkan Ketahanan Pangan

Sejarawan Benny G. Setiono, dalam bukunya bertajuk "Tionghoa dalam Pusaran Politik" (2003), menyebutkan bahwa pada masa kolonial, komunitas Tionghoa di Kalimantan menunjukkan tingkat integrasi lokal yang tinggi. Mereka berinteraksi erat dengan masyarakat Dayak, termasuk melalui perdagangan, pertanian, dan bahkan pernikahan campuran.

Sementara itu, suku Dayak merupakan salah satu komunitas adat terbesar di Indonesia yang mendiami wilayah Kalimantan. Dengan ratusan subetnis seperti Ngaju, Kenyah, Kayan, dan Iban, mereka dikenal memiliki sistem adat yang kuat dan hubungan mendalam dengan alam.

"Teori migrasi Austronesia menyebutkan bahwa nenek moyang Dayak berasal dari daerah Yunnan di China selatan, kemudian menyebar ke Asia Tenggara dan masuk ke Kalimantan sekitar 4.000 hingga 5.000 tahun silam," ujar Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra, antropolog Universitas Gadjah Mada, seperti dikutip dalam wawancaranya dengan Kompas. Kelompok ini mencakup berbagai etnis di Filipina, Malaysia, Indonesia, hingga Pasifik.

Baca Juga: Helena Lin Legi, Ketua Dewan Adat Dayak Penajam Paser Utara, Sambut Gembira Peringatan HUT ke-79 RI di IKN

INTERAKSI BUDAYA DAN IDENTITAS

Asimilasi dan akulturasi antara budaya Dayak dan Tionghoa tercipta di Kalimantan. Dalam beberapa komunitas, perkawinan campuran telah menciptakan kelompok-kelompok dengan identitas ganda, seperti Dayak-Tionghoa, yang merayakan kedua tradisi. Perpaduan ini tidak hanya tercermin dalam kehidupan sosial, tetapi juga dalam ekspresi budaya sehari-hari.

Di berbagai daerah, seperti Singkawang dan Pontianak di Kalimantan Barat, perayaan tradisional Tionghoa seperti Imlek dan Cap Go Meh menampilkan elemen khas Dayak, seperti tarian tradisional dan kehadiran tokoh spiritual setempat.

Baca Juga: Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Selenggarakan Festival Tari Kreasi Dayak untuk Lestarikan Seni Budaya

"Saat Cap Go Meh, kita bisa lihat atribut Tatung yang menyerupai pakaian perang Dayak. Ini bukan kebetulan, tetapi hasil dari proses panjang akulturasi budaya," kata Yulius Hadi, pemerhati budaya Kalimantan Barat. Sebaliknya, dalam upacara adat Dayak, terkadang ditemukan sentuhan budaya Tionghoa seperti penggunaan lilin merah, dupa, atau simbol keberuntungan.

Halaman:
Sumber: Xinhua

Berita Terkait