Peran Museum dalam Bina Hubungan Global dan Bangun Jembatan Budaya
- Penulis : Mila Karmila
- Selasa, 20 Mei 2025 01:45 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Pada perayaan Hari Museum Internasional 2025 pada Minggu, 18 Mei 2025, yang mengusung tema "Masa Depan Museum dalam Masyarakat yang Berubah dengan Cepat" (The Future of Museums in Rapidly Changing Communities), museum-museum di Inggris bertransformasi dan merumuskan kembali keterlibatan mereka dengan khalayak global.
Didirikan oleh Dewan Museum Internasional, acara itu menyoroti peran museum sebagai tempat untuk pertukaran budaya, pengayaan warisan bersama, serta untuk mempromosikan saling pengertian, kerja sama, dan perdamaian.
Museum kian dipandang sebagai ruang yang netral dan inklusif di mana orang-orang dari berbagai latar belakang dapat berkumpul bersama melalui sejarah, seni, dan pengalaman bersama, demikian ungkap sejumlah staf di museum-museum terkemuka di Inggris kepada Xinhua dalam sebuah wawancara baru-baru ini.
Baca Juga: Menbud Fadli Zon Optimistis Indonesia Bisa Jadi Negeri dengan Seribu Museum
Sir Gabriele Finaldi, direktur Galeri Nasional sejak 2015, telah memimpin galeri itu melalui transformasi yang signifikan dalam rangka merayakan ulang tahun ke-200 pada tahun lalu. Di bawah kepemimpinannya, Galeri Nasional memperluas kehadiran digitalnya, termasuk meluncurkan situs web modern dan mendigitalkan koleksinya dengan fitur interaktif seperti tur virtual.
"Minat masyarakat terhadap museum semakin meningkat," kata Finaldi. "Museum dengan cepat beradaptasi dengan teknologi, tetapi pada saat yang sama, mereka mempertahankan peran tradisional mereka sebagai penjaga koleksi penting."
Di tengah maraknya pameran digital dan teknologi baru, pengalaman fisik berinteraksi dengan artefak otentik tetaplah penting.
Jessica Harrison-Hall, kurator departemen Asia di British Museum, menekankan pentingnya pengalaman secara langsung. Dia mengatakan, "Generasi muda kini semakin menyadari betapa berharganya berinteraksi dengan benda-benda yang nyata dan bersejarah, dan pengalaman seperti itu dapat mengubah hidup banyak orang."
Dia percaya bahwa museum terus beresonansi di dunia yang serba cepat saat ini. "Kemampuan untuk terhubung dengan audiens kontemporer sambil melestarikan dan berinovasi merupakan hal yang membuat museum tetap bertahan," ujarnya.
Li Xiaoxin, kurator di Departemen Asia di Victoria and Albert Museum (V&A), berfokus untuk menjembatani kerajinan China dan budaya Inggris. Sebagai bagian dari upaya ini, dia mengundang Gyre Craft, sebuah platform berbagi pengetahuan tentang kerajinan, untuk menjadi tuan rumah sebuah forum tentang kota-kota kerajinan Inggris dan China dalam ajang London Craft Week.
Baca Juga: Menyibak Dua Sisi Wajah Museum Wayang di Kawasan Kota Tua Jakarta
Li juga mengkurasi sebuah pameran yang akan dibuka pada akhir Oktober dan bertujuan untuk menyoroti kerajinan studio kontemporer China. "Saya ingin membantu audiens internasional memahami bahwa China bukan hanya tentang porselen antik atau kerajinan tradisional; ada aspek yang lebih terbuka dan beragam dari budaya China," katanya.