DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Elon Musk Akhirnya Meninggalkan Donald Trump

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

ORBITINDONESIA.COM - Di bawah langit kelabu Washington, seorang pria berdiri menatap Gedung Putih untuk terakhir kalinya sebagai bagian dari sistem yang pernah ia percayai.

Tangannya menggenggam ponsel. Ia menulis satu kalimat pendek di platform X: “Waktu yang dijadwalkan sebagai pejabat pemerintah telah selesai.”

Tapi dunia tahu, ini lebih dari sekadar akhir kontrak. Ini adalah akhir dari sebuah keyakinan.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Ketika Puisi Menjadi Saksi Zaman

Merenungkan dinamika Elon Musk yang bergabung, mengguncangkan, tapi akhirnya pergi dari Donald Trump, (1) kita merenungkan hubungan antara bisnis dan politik. Antara konglomerat dan presiden.

-000-

Namanya Elon Musk. Visioner, pengganggu tatanan lama, dan bagi banyak orang, simbol dari masa depan yang sedang datang.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Merekam Sejarah dan Makna Melalui Lukisan

Ia tak lahir dari dunia politik, melainkan dari dunia sains, industri, dan mimpi. Saat ia bergabung dengan pemerintahan Donald Trump, banyak yang bertanya: “Mengapa?”

Jawabannya: harapan. Musk ingin menjadi katalisator reformasi. Ia percaya sistem yang lamban bisa dipercepat.

Ia melihat DOGE—Departemen Efisiensi Pemerintah—sebagai ruang untuk membuktikan bahwa birokrasi bisa dirampingkan, dan bahwa masa depan bisa dibangun dari dalam negara.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Berbakatkah Saya Menjadi Orang Kaya?

Tahun-tahun awalnya penuh energi. Ia hadir di ruang rapat Gedung Putih dengan rencana digitalisasi sistem, penghematan anggaran, dan simplifikasi prosedur.

Halaman:

Berita Terkait