Habib Hussein Ja'far Al Hadar, "Tuhan Ada di Hatimu": Menemukan Spiritualitas yang Dekat dan Relevan
- Penulis : Khoirotun Nisak
- Jumat, 20 Juni 2025 14:59 WIB
.jpg)
ORBITINDONESIA.COM - Di tengah zaman yang penuh distraksi digital, keresahan mental, dan kekosongan makna, hadir sebuah buku yang terasa seperti pelukan hangat dan obrolan akrab di tengah gelisahnya jiwa generasi muda.
Buku Tuhan Ada di Hatimu karya Habib Husein Ja’far Al Hadar bukanlah buku agama yang kaku dan menghakimi.
Ia justru tampil sebagai refleksi spiritual yang membumi, jenaka, dan sangat akrab dengan dinamika generasi hari ini—terutama Gen Z yang sering merasa jauh dari agama karena trauma, kakuan, atau kebingungan identitas.
Buku ini dibuka dengan pertanyaan mendasar yang mungkin pernah mampir dalam hati kita: “Di mana Tuhan?”
Pertanyaan yang terlihat sederhana, namun menyimpan pencarian panjang dalam batin manusia modern yang sering kali terjebak dalam definisi-definisi formalistik tentang Tuhan.
Habib Ja’far menjawabnya bukan dengan dalil yang rumit, tapi dengan cerita, humor, dan kesadaran bahwa Tuhan bukan hanya ada di langit, tapi hadir sangat dekat—bahkan di hati kita yang penuh luka, bingung, dan bertanya.
Baca Juga: Buku Candy Darling: Dreamer, Icon, Superstar - Memoar dari Cahaya Panggung yang Tak Pernah Padam
Habib Ja’far membawa pembaca pada perjalanan spiritual yang inklusif. Buku ini memberi pesan utama bahwa beragama tak harus sempurna, cukup jujur, berporses,d an membuk hati bagi siapa saja. Tuhan hadir dalam keseharian, dalam cinta, tanya, bahkan luka.
Ia mengajak kita melihat bahwa mencintai Tuhan tidak harus menafikan logika, bahwa spiritualitas tidak harus menjauh dari realitas, dan bahwa keberagamaan sejati justru lahir dari hati yang jujur, bukan dari tampilan luar yang menghakimi.
Salah satu bagian paling menyentuh adalah ketika Habib Ja’far berbicara tentang self-love sebagai bagian dari iman. Bahwa mengenal dan mencintai diri sendiri adalah jembatan untuk mengenal Tuhan.
Baca Juga: Mengenal Ayatollah Ali Khamenei Sang Keturunan Nabi
Ia menyinggung pentingnya kesehatan mental, pengampunan terhadap diri sendiri, dan betapa Islam seharusnya menjadi jalan kasih, bukan ketakutan.