DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Elon Musk Akhirnya Meninggalkan Donald Trump

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Tapi Trump lebih memilih mendengar penasihat ekonomi lain.

Tarif itu naik tinggi sekali. Tesla, dengan basis produksi dan distribusi globalnya, merugi. Dalam dua kuartal, kehilangan potensial pendapatan Tesla sempat mencapai lebih dari $3,2 miliar. Industri mobil listrik yang digadang-gadang sebagai penyelamat iklim pun limbung. (2)

Pada suatu senja, Musk berjalan menyusuri Taman Nasional Mall. Di kejauhan, terdengar suara demo kecil: puluhan buruh pabrik baterai yang di-PHK akibat kebijakan tarif.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Ketika Puisi Menjadi Saksi Zaman

Seorang ibu mengangkat plakat bertuliskan 'Anak saya butuh makan, bukan algoritma.' Musk terdiam. Untuk pertama kalinya, angka-angka di spreadsheet berubah menjadi wajah-wajah manusia.

Efisiensi yang ia agungkan tiba-tiba terasa dingin di tengah hembusan April yang mulai menghangat."

Musk akhirnya menyerah. Bukan karena lelah, tapi karena merasa sistem tak lagi bisa diajak berdialog. Ia keluar.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Merekam Sejarah dan Makna Melalui Lukisan

Diam. Tegas. Tanpa drama. Tapi publik membaca isyarat itu: perpisahan ini bukan soal jabatan. Ini soal prinsip.

-000-

Kisah ini menyisakan pertanyaan mendalam. Apa risiko jika pengusaha besar menjadi bagian dari pemerintahan?

Baca Juga: Catatan Denny JA: Berbakatkah Saya Menjadi Orang Kaya?

Pertama, visi pengusaha sering kali bertabrakan dengan logika politik. Pengusaha hidup dalam dunia efisiensi dan keputusan cepat. Politik hidup dalam ruang kompromi, tekanan partai, dan hasrat untuk terpilih kembali.

Halaman:

Berita Terkait