Buku AJI Mengungkap Bagaimana Jurnalisme Cek Fakta Melawan Disinformasi Dalam Pemilu 2025
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Sabtu, 31 Mei 2025 08:30 WIB

Ika Ningtyas (editor utama). Jurnalisme Cek Fakta Melawan Disinformasi Pemilu 2024. Cetakan I. Jakarta: AJI, dan lain-lain, Juni 2024. Tebal: 202 halaman.
ORBITINDONESIA.COM - Pemilu adalah ajang pertinggi dalam sebuah demokrasi, dengan berbagai kepentingan dan intensi dari para kontenstan dan pendukung mereka. Kampanye yang dilakukan semua kontestan akan menghalalkan segala cara termasuk melalui informasi dan media untuk menjagokan kandidat yang didukung dan menjatuhkan kandidat lawan.
Tidak heran berita hoaks sangat mendominasi berbagai platform media sosial. Data Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) menemukan 160 isu hoaks sepanjang 17 Juli 2023 hingga 6 Januari 2024. Hoaks ini tersebar ke dalam 2.623 konten media sosial.
Baca Juga: Odmil: Bukti Sperma Hilang dalam Kasus Oknum TNI AL Bunuh Juwita, Jurnalis Asal Banjarbaru
Penyebaran hoaks adalah salah satu ancaman yang hadir karena perkembangan teknologi komunikasi tersebut, ia dapat merusak proses pemilu yang berkualitas dan bermartabat. Oleh karena itu upaya pencegahan, pembatasan dan pengurangan dan pengilangan penyebaran hoaks perlu dilakukan.
Agar upaya tersebut dapat tercapai secara maksimal, perlu diidentifikasi peran-peran berbagai stakeholder secara efektif dan efisien.
Masyarakat Indonesia selaku pemilih juga harus dituntun untuk cerdas dalam memahami berita resmi yang diproduksi oleh situs-situs resmi pemberitaan, telah terverifikasi secara hukum, di cross-check oleh redaksi, pimpinan perusahaan, wartawannya yang bekerja.
Baca Juga: Framing Jahat Atas Nama Jurnalisme
Buku ini berisi 10 naskah yang ditulis berdasarkan riset berkaitan cek fakta dan praktiknya sepanjang Pemilu 2024. Penulisnya para akademisi dan jurnalis dengan pemahaman yang baik terhadap kaidah ilmu tentang cek fakta dan pentingnya cek fakta untuk membimbing publik menemukan informasi yang benar selama pemilu.
Isu jurnalisme dan cek fakta menjadi konten utama 10 tulisan. Anastasya Andriarti dan Anton Novenanto misalnya, mencoba menampilkan relevansinya jurnalisme dengan cek fakta. Kedua akademisi ini mengutip sumber Graves yang mengatakan cek fakta lahir dari krisis kepercayaan terhadap klaim kebenaran yang beredar di ruang publik ini.
Kenyataan ini sangat telak memukul jurnalis, yang selama ini mengedepankan fakta, menjadi kontemplasi tersendiri, barangkali hal yang mereka anggap fakta adalah hoaks. Selain jurnalis, subjek penulisan artikel dalam buku ini adalah juga kelompok yang rentan seperti perempuan dan kelompok disabilitas.
Baca Juga: Mengenal Studi Komunikasi Politik Bersama Pakar Jurnalisme dan Media dari Australia, Brian McNair
Cut Meutia Karolina dan Irwa Rochimah Zarkasi dari Universitas Al Azhar Indonesia mencoba menerangkan tren bentuk-bentuk praktik misinformasi, disinformasi, dan malinformasi menjelang Pemilu 2024 yang terjadi di kalangan tunanetra.