Catatan Denny JA: Kampanye Negatif untuk Terpilih Menjadi Pemimpin
- Penulis : Krista Riyanto
- Jumat, 23 Mei 2025 19:44 WIB

Kata Pengantar Buku Ikrama Masloman, In Negative We Trust (2025)
ORBITINDONESIA.COM - Membaca buku Ikrama Masloman soal kampanye negatif dalam politik pemilu, In Negative We Trust, saya teringat satu peristiwa yang mengubah hasil pemilu presiden di Amerika Serikat.
Musim panas tahun 1988, angin kemenangan berhembus ke arah Michael Dukakis. Gubernur Massachusetts itu baru saja memenangkan nominasi Partai Demokrat.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Penentu Utama Meraih Mimpi
Namanya harum sebagai teknokrat rasional, progresif, bersih, dan tenang. Ia dianggap sebagai penawar setelah delapan tahun era Ronald Reagan yang penuh gegap gempita.
Di sisi lain, George H. W. Bush, Wakil Presiden petahana, tampak lemah dan tertinggal. Sosoknya dipandang kaku, tak kharismatik, dan selama ini hidup dalam bayang-bayang Ronald Reagan. Bahkan, publik meragukan kemampuannya untuk berdiri sendiri sebagai pemimpin.
Jajak pendapat nasional menunjukkan ketimpangan yang mencolok: Gallup Poll 26–28 Juli 1988 mencatat Dukakis unggul 17 poin, dengan 55% dukungan dibandingkan Bush yang hanya 38%.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Papua yang Luka dan Melahirkan Puisi
Seolah sejarah telah menuliskan takdir: kursi presiden akan kembali ke tangan Demokrat.
Namun politik, sebagaimana sejarah manusia, bukanlah soal siapa yang terbaik. Ia adalah soal siapa yang paling piawai membingkai kenyataan.
Dan di sinilah seni kampanye negatif memainkan peran penting: bukan merusak, tapi menyusun ulang narasi dalam benak rakyat.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Mengapa Bank Dunia Tempatkan Indonesia Negara Berpenduduk Miskin Keempat?
-000-