Catatan Denny JA: Bill Gates Versus Elon Musk, Dua Jalan Peradaban
- Penulis : Arseto
- Minggu, 11 Mei 2025 17:00 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Matahari menyengat tanah merah di antara semak dan ilalang nun jauh di Afrika. Di sebuah pusat kesehatan yang nyaris kosong, seorang ibu muda bernama Maria memeluk anaknya, Afonso, yang demam tinggi.
Di dinding, poster tua tentang imunisasi mulai mengelupas. Tapi tak ada lagi vaksin. Tak ada lagi tenaga medis. Tak ada lagi suara generator listrik yang biasa menghidupkan lemari pendingin tempat vaksin disimpan.
Pemerintah Amerika Serikat telah memotong bantuannya.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Tumbuh Bersama Dongeng Walt Disney
Afonso terbatuk lemah. Ia tak tahu siapa itu Elon Musk. Atau Bill Gates. Tapi tubuh kecilnya adalah medan tempur dari keputusan-keputusan besar yang diambil ribuan kilometer jauhnya. Di Washington. Di Silicon Valley. Di ruang rapat kekuasaan dan uang.
Hari itu, kematian Afonso tak tercatat di berita. Tapi nyawanya, yang padam di tengah musim kemarau Afrika, menjadi simbol dari perang dua dunia.
Sunyi. Dan menyakitkan.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Jangan Sampai Indonesia Menjadi Negara Tuan Tanah
-000-
Awal Mei 2025, Bill Gates meledak di hadapan media. Dalam wawancara dengan Financial Times dan The New York Times, ia menuduh Elon Musk telah “membunuh anak-anak termiskin di dunia.”
Pernyataan ini bukan metafora. Gates menunjuk langsung pada kebijakan DOGE—Department of Government Efficiency—lembaga yang kini dipimpin Elon Musk di bawah pemerintahan Trump.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Mengenali Tipe Personality, Perjalanan Pulang Menuju Diri
DOGE membubarkan USAID, lembaga bantuan luar negeri AS. Ribuan program dihentikan. Jutaan nyawa terancam.