Catatan Denny JA: Bill Gates Versus Elon Musk, Dua Jalan Peradaban
- Penulis : Arseto
- Minggu, 11 Mei 2025 17:00 WIB

Vaksin hilang. Obat hilang. Harapan pun menguap.
Bagi Gates, ini bukan efisiensi. Ini bencana moral.
Mengapa Elon Musk Mengambil Jalan Itu?
Baca Juga: Catatan Denny JA: Tumbuh Bersama Dongeng Walt Disney
Elon Musk lahir dari logika para penjelajah, bukan dari ruang kelas para moralist.
Bagi Musk, Amerika Serikat dan dunia ini sedang tenggelam. Ia melihatnya seperti kapal tua yang bocor dari segala sisi: korupsi, ketidakmampuan birokrasi, ketergantungan abadi pada subsidi yang tak menghasilkan lompatan.
Dalam pikirannya, bantuan luar negeri telah menjadi ritual yang mahal—dan seringkali tidak efektif.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Jangan Sampai Indonesia Menjadi Negara Tuan Tanah
Ia percaya, jika manusia ingin bertahan, maka ia harus berubah. Secara radikal. Cepat. Dan tanpa beban romantisme masa lalu.
DOGE adalah manifestasi dari keyakinan itu. Potong anggaran. Bubarkan struktur yang lambat. Pindahkan sumber daya ke masa depan: ke Neuralink, ke Mars, ke kecerdasan buatan yang tak kenal lapar.
Ia tidak anti-kemanusiaan—ia hanya percaya bahwa menyelamatkan spesies manusia dalam skala besar lebih penting daripada mempertahankan status quo bantuan yang dianggapnya stagnan.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Mengenali Tipe Personality, Perjalanan Pulang Menuju Diri
Ia ingin sejarah mengingatnya bukan karena ia memberi makan satu miliar orang, tetapi karena ia menghindarkan punahnya seluruh umat manusia.