DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Kampanye Negatif untuk Terpilih Menjadi Pemimpin

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

• Awal Agustus 1988: Dukakis 47%, Bush 44%.

• Awal Oktober 1988: Bush melonjak ke 51%, Dukakis anjlok ke 42%.

Dan pada 8 November 1988, hasil pemilu benar-benar mencengangkan:

Baca Juga: Catatan Denny JA: Penentu Utama Meraih Mimpi

• George H. W. Bush menang besar: 53,4% suara populer, 426 electoral votes.

• Michael Dukakis kalah telak: hanya 111 electoral votes.

Padahal tiga bulan sebelumnya, dunia menyangka Bush akan kalah telak.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Papua yang Luka dan Melahirkan Puisi

Tapi semuanya berubah karena satu wajah, satu narasi, satu strategi. Itu kampanye negatif yang elegan, presisi, dan tidak mengada-ada.

-000-

Apa makna semua ini? Apa Lessons to Learn? Kampanye negatif bukanlah musuh kebenaran.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Mengapa Bank Dunia Tempatkan Indonesia Negara Berpenduduk Miskin Keempat?

Ia justru cermin gelap yang diperlukan dalam demokrasi. Bukan untuk menakut-nakuti, tetapi untuk mengungkap kenyataan yang tersembunyi di balik sorot cahaya kampanye positif.

Halaman:

Berita Terkait