Catatan Denny JA: Kampanye Negatif untuk Terpilih Menjadi Pemimpin
- Penulis : Krista Riyanto
- Jumat, 23 Mei 2025 19:44 WIB

• Awal Agustus 1988: Dukakis 47%, Bush 44%.
• Awal Oktober 1988: Bush melonjak ke 51%, Dukakis anjlok ke 42%.
Dan pada 8 November 1988, hasil pemilu benar-benar mencengangkan:
Baca Juga: Catatan Denny JA: Penentu Utama Meraih Mimpi
• George H. W. Bush menang besar: 53,4% suara populer, 426 electoral votes.
• Michael Dukakis kalah telak: hanya 111 electoral votes.
Padahal tiga bulan sebelumnya, dunia menyangka Bush akan kalah telak.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Papua yang Luka dan Melahirkan Puisi
Tapi semuanya berubah karena satu wajah, satu narasi, satu strategi. Itu kampanye negatif yang elegan, presisi, dan tidak mengada-ada.
-000-
Apa makna semua ini? Apa Lessons to Learn? Kampanye negatif bukanlah musuh kebenaran.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Mengapa Bank Dunia Tempatkan Indonesia Negara Berpenduduk Miskin Keempat?
Ia justru cermin gelap yang diperlukan dalam demokrasi. Bukan untuk menakut-nakuti, tetapi untuk mengungkap kenyataan yang tersembunyi di balik sorot cahaya kampanye positif.