DECEMBER 9, 2022
Kolom

Puisi Denny JA di Makamku

image
Denny JA

Oleh Syaefudin Simon*

ORBITINDONESIA.COM - Komunitas WAG Creator Ultah kaget. Mereka terdiam seakan melihat sinar gaib di lorong kematian yang akan menjemputnya. Sebelum kematian itu menjemput, mereka berpikir harus ada sesuatu yang mengesankan! 

Apa itu? Puisi, doa, dan nyanyian yang indah! Betul. Pikiran unik itu muncul setelah membaca pesan aktivis Budiman Sudjatmiko. Budiman berharap saat kematiannya nanti diiringi lagu-lagu Koes Plus. 

Baca Juga: Puisi Esai Mila Muzakkar: Pejuang Keadilan Itu Bernama Marsinah

Kenapa? Ya, karena kematian adalah saat-saat membahagiakan bagi orang beriman. Pinjam kata-kata Malauna Jalaluddin Rumi, penyair sufistik Persia, kematian seharusnya dirayakan. Karena kematian adalah pintu gerbang menuju kehidupan yang lebih indah. Adil, tanpa hoaks dan kepalsuan. Sebab itu, buatlah suasana yang membahagiakan di hari kematian. Mengenang hal-hal indah dan menyenangkan. 

Barangkali itulah sebabnya, Budiman Soedjatmiko, aktivis dan politisi PDIP melalui sosmed (14 Februari 2023), menyatakan harapannya. Ia ingin saat pemakaman dirinya, diiringi lagu-lagu Koes Plus selain doa-doa. Saat pemakamanku suatu hari nanti, ungkap Budiman, aku ingin lagu-lagu Koes Plus dinyanyikan. 

Lagu  “Sendiri dan Rahasia”  serta  “Cintaku dan Cintamu” yang dinyanyikan Koes Plus, kata Budiman, sangat mengesankan saat ia remaja. Aku ingin mengenang masa kecilku melalui lagu-lagu Koes Plus, ujar aktivis mahasiswa era 90-an itu. Aku adalah anak zamannya. Zaman di mana Koes Plus menjadi idola bocah dan anak-anak muda. Karena itu, menjelang aku wafat dan dimakamkan, aku ingin, pelayat menyanyikan lagu-lagu Koes Plus, di samping doa-doa yang lain. 

Baca Juga: Catatan Denny JA: Mereka Menemukan Cinta dan Menikah dalam Komunitas Puisi Esai

Penyair Fatin Hamama, anggota komunitas WAG Ultah Rakyat Biasa, langsung memberi komentar. Perempuan alumnus Al-Azhar University Mesir ini, menceritakan, suaminya – Dr. Muhammad Nursamad Kamba yang wafat 20 Juni 2020,  waktu pemakamannya diiringi tembang Jawa yang dinyanyikan seniman Sudjiwo Tedjo. 

Buya Nursamad Kamba, kata Fatin, memang sudah berpesan agar kalau meninggal, di makamnya dinyanyikan lagu Titi Kolomongso, oleh Sudjiwo Tedjo (yang juga pencipta lagu itu). Sudjiwo Tedjo, memang sahabat karib dan “murid” Buya Nursamad. Maka, ketika Buya Nursamad wafat, Tedjo pun menunaikan pesan guru tasawufnya itu.

Satu lagi. Jonminofri, wartawan dan dosen jurnalistik, menanggapi cuitan Budiman Sudjatmiko. Jon menyatakan, jelang kematiannya, ia ingin mendengar lagu-lagu Koes Plus, Leonard Cohan, Queen, dan classic rock Philharmonic Orchestra. Sedangkan ketika pemakaman, tambah Jonminofri, dirinya tak ingin apa pun. Sebab aku sudah tidak bisa mendengar. 

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA Menyambut Waisak: Bunga Meditasi untuk Tina Turner

Lalu, wartawan senior Dr. Satrio Arismunandar bertanya padaku. “Bro Simon, apa yang kau inginkan untuk mengiringi kepergianmu menuju keabadian?”

Halaman:

Berita Terkait